ALGEBRA

511 59 9
                                    

Yoona kesal, sangat kesal. Kelewat kesal hingga tengah alisnya berkerut, bibirnya mengerucut. Dan pita suaranya melafalkan berbagai nama-nama binatang—layaknya tengah mengabsen mereka yang berada di kebun binatang satu-persatu. Memangnya, sepenting apa—gajah, jerapah, monyet, singa, ular, panda, kudanil, kangguru, pinguin dan anjing laut?

Jika ditelusuri, kemarin tanggal sebelas Agustus. Biasa saja? Memang, ia juga tidak bilang ada kejadian khusus di tanggal tersebut. Bukan ulang tahunnya—Yoona lahir di bulan Mei, bukan tanggal anniversary-nya—Yoona bahkan belum pernah punya pacar, apalagi tanggal lahir Zero—Yoona tidak tahu kapan anjing kecil milik unninya itu lahir. Gadis bermarga Im itu hanya kesal hingga bersumpah, kalau bukan karena guru Kang mungkin tanggal sebelasnya akan jadi biasa-biasa saja.

Tapi toh, sudah kejadian.

Kemarin Yoona didatangi hantu, mungkin lebih sopan jika kita menyebutnya guru Kang—pakar pendidikan sekaligus guru matematika di sekolahnya. Sayangnya guru yang katanya killer tersebut datang ketika Yoona tengah berada dalam dunia lain. Berbalut mimpi, bersama kasur empuk dan selimutnya—indah sekali. Dan kenyataannya, keindahan memang tidak pernah kekal—saat guru Kang menarik telinganya. Membuatnya terbangun dan ditertawakan seisi kelas, okay untuk bagian ditertawakan Yoona sudah terbiasa.

Tapi tatapan guru Kang membuat nyalinya menciut dan rasa ngantuknya sirna, "Nona Im, apa kau merasa mampu mengerjakan ujian matematika berikutnya, hm?" berbagai kalimat pembelaan lenyap dari otaknya, "Mengapa kau berani tertidur dikelasku, padahal nilaimu termasuk yang terendah di kelas ini."

"Maafkan saya, guru." Ujar Yoona menunduk, mengheningkan cipta—merapalkan berbagai mantra agar bel istirahat segera menolongnya.

"Baiklah, aku sudah cukup bersabar menghadapimu. Kurasa ini satu-satunya cara." Guru Kang menghela napas, "Im Yoona! Karena kau tidak bisa kuajari maka aku akan mencarikanmu tutor sebaya yang akan mengajarimu matematika setiap hari. Kalau perlu hingga kau muntah darah dan menguasai semuanya."

Yoona melongo mendengar perkataan gurunya, sefrustasi itukah wanita 44 tahun itu mengajarinya?

"G-guru—,"

"Mulai besok kau akan belajar dibawah bimbingan Park Chanyeol."

"Siapa Park Chanyeol?"

"Kau tidak mengenalnya?" tanya guru Kang terheran.

Yoona menggeleng, beberapa temannya memekik, "Memangnya aku harus mengenalnya?" dengan wajah innocent "Guru Kang?"

"Apa?"

"Apa guru mengenal Lee Sooman, Lee Hyukjae, Lee Sungmin, dan Lee Donghae?"

Guru Kang mengernyit bingung, "Tidak. Memangnya siapa mereka?"

"Nah, guru saja tidak kenal. Tidak masalah, guru dan aku memiliki kenalan yang berbeda-beda."

Hening seketika. Seluruh penghuni kelas—terutama guru Kang hanya bisa menepuk jidat mereka. Im Yoona memang berada di level yang berbeda, kawan.

"Sudahlah tidak ada penolakkan atau tawar-menawar. Jika nilai ujianmu yang berikutnya tidak bagus, aku akan menyita bahkan membakar sepatu rodamu ini." Ujar guru Kang yang tiba-tiba saja membawa sepatu roda Yoona

"Hah! Guru aku pasti akan mendapat nilai bagus. Tapi, berjanjilah jangan menyakiti wheely-ku."

For your information, Yoona memberi nama khusus untuk sepatu roda kesayangannya itu. Biar bagaimanapun juga wheely-nya telah berjasa mengantarkannya menjuarai beberapa kompetisi sepatu roda selama ini. Begitu juga mengantarnya kemanapun Yoona inginkan.







THEORY OF EVERYTHINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang