CODING

403 60 8
                                    

Yoona tidak pernah terbayang akan seperti ini, menjadi mahasiswi teknik informatika membuatnya kerap bersumpah serapah sesering ini sepanjang hidupnya. Tiap hari memandang layar komputer berjam-jam, mencoba memperbaiki sebuah bug di dalam aplikasi. Si sumber masalah seolah menghindarinya, mendorong Yoona ke dalam siklus kecemasan, pembencian diri sendiri, dan melampiaskan kemarahan pada keyboard. Dan parahnya, penyebabnya ternyata adalah satu typo dalam sebuah nama file. Shit!

"Ini semua karenamu, ya Oh Sehun!"

Adakalanya Yoona begitu kesal dengan sang tersangka yang mengisi lembar pendaftarannya. Ya, Oh Sehun membuat Yoona mendekam bersamanya di department teknik informatika. Tapi, ada juga masanya ketika Yoona merasa bangga. Seperti ketika menulis script pertamanya dan menjalankannya dengan sukses. Atau ketika Yoona memasukkan aplikasi pertamanya ke dalam server dengan tulisan "hello world". Atau ketika dirinya menulis crawler pertama kali untuk mengisi sebuah database. Yoona merasa seperti seluruh dunia berpihak padanya dalam bentuk kode untuk melaksanakan perintah programnya. Tapi, tidak tiap waktu begitu mudah.

"Yoong, apa yang kau lakukan?"

Yoona menoleh kearah sumber suara. Sehun berdiri di ambang pintu kamar mandinya dengan memakai celana kain yang nyaman untuk dipakai tidur, rambutnya yang basah ter-cover handuk, sesekali meneteskan air di tubuhnya. Bagusnya lagi, lelaki itu shirtless.

Meskipun tak mengubah posisinya, detik itu juga Yoona menoleh ke arah lain. Gadis itu merasa tabu melihat Sehun yang seperti itu. Meskipun mereka sudah saling mengenal sejak kecil bahkan sering mandi bersama, tapi dulu. Gadis mana yang tidak malu melihat lelaki shirtless. Yoona mengumpat pada Sehun, untuk menutupi rasa malunya.

"Astaga! Oh Sehun cepat pakai bajumu!"

"Apa yang kau lakukan dikamarku, dasar yadong?"

"Mwo? Yadong katamu?" Yoona mengigit bibir bawahnya kesal.

Sehun tidak merespon perkataan Yoona. Lelaki itu malah berjalan ke arah nakas, mengambil ponselnya yang tentu saja otomatis mata Yoona memperhatikannya. Pandangan Sehun beralih pada gadis itu, yang merebahkan diri di kasur kehormatannya. Lelaki itu mengangkat salah satu alisnya, seolah meminta penjelasan. Yoona bangun dan menunjuk laptopnya yang telah duduk manis di meja belajar milik Sehun.

"Bantu aku mengerjakan tugas Artificial Intelegence." Yoona tersenyum manis pada Sehun, mencoba mengambil hatinya.

Lelaki itu balas tersenyum, membuat hati Yoona lega. Ia sudah terlampau frustasi karena programnya gagal. Namun, kemudian...

"Tidak." jawaban Sehun langsung mengkandaskan senyuman gadis bermarga Im itu.

"Kenapa? Membantu orang lain itu mendapat pahala."

"Aku mau melanjutkan game-ku." Sehun mengedikkan bahunya, tak acuh dan berjalan kearah lemari pakaian.

"Apakah game labih penting daripada tugas kuliah?" Yoona mengumpat kesal.

Dulu maupun sekarang, Sehun tak pernah berubah. Lelaki itu gemar sekali dengan segala sesuatu yang berbau game. Sehun bahkan punya laptop gaming super mahal, yang dibekali prosesor generasi terbaru dengan clock speed 2.90 Ghz, RAM sebesar 64 GB DDR4. Soal tampilannya tentu saja menggunakan kartu grafis dari NVIDIA GeForce GTX 1080 SLI dengan sokongan memori VRAM sebesar 16 GB. Dibekali storage dua SSD yang masing-masing memiliki kapasitas 1 TB, tentunya dengan leluasa dapat menampung puluhan game favoritnya.

Alhasil, laptop milik Sehun punya peforma tingkat dewa. Dan Yoona masih tak habis pikir, kenapa anak pemalas sepertinya yang selalu menghabiskan waktu bermain game dan bermalas-malasan bisa memiliki otak brilian. Fakta pahit yang harus ditelan adalah, Oh Sehun mahasiswa dengan predikat indeks prestasi cumlaude mengesankan dengan pujian. Tapi, mengesalkan bagi Yoona .

THEORY OF EVERYTHINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang