A BLESSING IN DISGUISE

479 46 5
                                    

Tangan takdir mempertemukan kita di tahun kedua sekolah menengah atas. Saat itu sungguh hari yang menyibukkan telah tiba. Awal semester baru telah menyambut kami pagi itu, semua masih tampak sama. Aku bersama Sooyoung melangkahkan kaki menuju gerbang sekolah.

"Hey Yoong. Kau kenapa? Wajahmu sama sekali tak bersemangat hari ini," ujarnya mulai membuka pembicaraan.

"Kau ini seperti baru kenal denganku saja." Balasku dengan mata yang terfokus pada sebuah buku.

Kami berjalan menuju kelas. Sudah jadi kebiasaanku sebenarnya membaca sambil berjalan. Aku tidak begitu khawatir akan terjatuh atau membahayakanku. Karena selama ini hal itu belum pernah terjadi, aku cukup bisa membagi konsentrasiku pada buku dan jalan yang kulalui.

"Oh, kau ini kan si kutu buku dan nona freak dari keluarga kaya raya yang selalu mengeluhkan segalanya padaku yang jadi sepupu sekaligus temanmu satu-satunya disekolah. Aku satu-satunya orang yang mau menerima keluhanmu tentang berbagai keajaiban keluargamu."

"Hentikan ocehanmu itu Soo." Ujarku mencoba memperingati.

Aku tidak bisa berkonsentrasi pada buku Carl Sagan—Cosmos, jika Sooyoung mulai menjadi menyebalkan. Dan hari ini Choi Sooyoung memilih berulah. Ia semakin gencar, gadis Choi itu tak hentinya menggumamkan tentang semuanya yang pasti tidak akan jauh-jauh dari kehidupanku. Ya, Sooyoung benci tidak diperhatikan.

"Kau bilang hidup ini sungguh tak adil. Mengapa aku berada di keluarga yang se-absurd ini?" Sooyoung tertawa mengejekku, "Seorang ayah freak yang lebih perhatian pada bonsai 300 ratus tahunnya daripada anak gadisnya. Ibu juga tak berbeda jauh, mereka pasangan paling serasi sejagad raya. Kau tahu Soo, rasanya punya dua saudara laki-laki yang paling menyebalkan segalaksi bimasakti? Harusnya aku diperlakukan seperti tuan putri, tapi Im Heechul dan Im Baekhyun hanya tahu bagaimana caranya mengacaukan hariku. Benar-benar semua penghuni di rumah itu tidak ada yang beres kecuali aku."

Okay, kuakui Choi Soyoung benar-benar punya ingatan yang luar biasa. Ia seolah meng-copy-paste semua yang pernah kukatakan padanya. Sama, detailnya hingga titik komanya. Dan sudah barang tentunya membuat telingaku panas.

"Hey Im, apa kau sendiri tak sadar bahwa kau itu tak kalah absurd dengan para penghuni di rumahmu itu," Soyoung masih belum menyerah. "Apa kau pernah tahu ada seorang gadis yang membuat keributan dengan berteriak 'eureka' ditengah malam hingga mengganggu tetangganya hanya karena berhasil memotret sebuah bintang jatuh?" checkmate! Sooyoung mulai membuka satu dari sekian banyak rahasiaku.

Aku mulai geram dengan sepupuku tersayang ini. Cosmos dalam genggamanku telah tertutup. Kualihkan pandangan pada gadis yang lahir tiga bulan lebih dulu dariku itu. Terlihat ia mulai salah tingkah. Sooyoung tentu dapat merasakan aura aneh yang mulai mengintimidasinya. Bagaimanapun menyebalkannya nona muda dari keluarga Choi itu yang paling baik mengenal diriku.

"Awas kau Choi Sooyoung!" ujarku seraya seolah membidik target.

Bruk!

"Sial! Awas kau nanti."

Dengan buku yang mula-mula diam kemudian bergerak hingga kecepatan sudut akhir 10 rad/sec dalam waktu 0,4 sec sebelum terlepas ke udara menuju target. Melayang, dipercepat, hingga melesat salah sasaran. Sial! Soyoung telah mengambil seribu langkah lebih cepat 5 sec dari perhitunganku.

"Kau pikir apa yang kau lakukan." Balas sebuah suara yang asing bagiku.

Beberapa meter dari tempatku berdiri, seorang lelaki dengan seragam yang sama berdiri tegak lurus diatas bumi. Wajahnya err lumayan tampan, tapi bukan tentang itu. Ia terlihat tenang namun sudah pasti dan sangat jelas jika ia menaruh dendam padaku akibat buku salah sasaran yang mendarat di dahi mulusnya hingga menyebabkan benjolan yang err lumayan besar.

THEORY OF EVERYTHINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang