ANGEL BEATS

318 34 2
                                    

Lay tidak mengingat apapun. Saat terbangun, yang lelaki itu tahu adalah tugasnya untuk menyampaikan pesan terakhir dan mengantar jiwa-jiwa manusia pergi menyebrang ke alam sana―akhirat. Lelaki yang di panggil Lay, dirinya hidup sebagai reaper dengan sayap besar hitam pekat di punggungnya.

"Im Yoona, 27 tahun. Tanggal kematian 7 Oktober. Penyebab―"

Entah karena apa, biasanya Lay tidak pernah turun sebelum waktu targetnya kurang dari seminggu. Ia juga bingung karena tiba-tiba telah turun ke bumi untuk melihat gadis itu, padahal tidak ada pesan yang harus di sampaikan. Sebagian darinya, Im Yoona terasa begitu familiar. Dan 7 Oktober―ada apa dengan semua itu?

Rasa penasaran, membuat Lay mengikuti gadis bermarga Im itu hampir seharian ini. Mulai dari sebuah taman di pusat kota. Bertemu dengan beberapa temannya di sebuah café. Pergi ke sebuah studio animasi, ya gadis itu salah satu animator yang cukup sukses dengan karyanya. Dan terakhir berakhir di rumah gadis itu.

"Na-ya, kau tidak makan dulu?"

"Tidak, bu." Balas Yoona singkat pada pertanyaan Ibunya. Gadis itu langsung masuk ke kamarnya dan mengunci pintunya.

Yoona menghempaskan tubuh rapuhnya pada ranjang. Tangan gadis itu terulur pada nakas tepat di sebelah tempatnya berbaring. Sebuah bingkai foto, jemarinya mengelus dua potret yang tersenyum di dalamnya. Tapi, mata Yoona justru berkaca-kaca setelahnya.

Sementara itu sesosok makhluk dengan sayap hitamnya yang tidak lain adalah Lay memperhatikan gadis itu dari pintu balkonnya yang terbuka lebar. Sang reaper tidak dapat menyembunyikan ekspresi terkejutnya saat menatap bagian dalam kamar gadis itu, dimana potret dua orang yang di ketahuinya sebagai Im Yoona dan-dirinya?

Lay ternganga selama empat detik. Begitu banyak potret dua orang itu menghiasi kamar Yoona, satu hal yang ia ketahui mereka terlihat bahagia-sangat. Jika orang dalam potret itu memang dirinya berarti ini semua memang ada hubungannya. Alasan mengapa Lay selalu ingin melihatnya. Im Yoona, gadis itu bahkan membuat jantungnya yang sudah lama berhenti berdetak kembali berdenyut.

"Sungguh konyol." Gumam Lay tak sengaja ketika sayap hitam besarnya justru menabrak pot-pot kecil kaktus yang diletakan di balkon.

Yoona sadar sedari tadi ia merasa di perhatikan, hingga tanpa sadar matanya menangkap sesuatu yang mengejutkan. Gadis Im itu melihatnya, seseorang dengan balutan pakaian dan sepasang sayap hitam pekat. Jantung Yoona nyaris berhenti saat si lelaki bersayap hitam menatapnya, pandangan mereka bertemu.

"Lay.. kaukah itu?" lirih Yoona hingga tanpa sadar gadis itu beranjak mendekati sang reaper yang terpaku di tempatnya.

Lay bisa merasakan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Tapi, sejujurnya yang membuat Lay sangat berdebar-debar adalah saat Yoona menyentuh lengannya. Gadis itu membuat Lay mengenal namanya rasa hangat saat kulit mereka bersentuhan.

"Apapun yang kau pikirkan, sebaiknya jangan sampai salah mengenali. Aku seorang reaper." ujar Lay datar.

"Kau bohong, katakan semua ini bohong. Lay kau berjanji padaku bahwa kita akan hidup bersama untuk waktu yang lama." Gadis itu mulai menangis, sementara Lay berbalik tak sanggup melihatnya. Melihat Yoona menangis membuat dadanya menjadi sesak.

"Lebih baik persiapkan saja dirimu, waktumu tinggal tiga puluh dua hari lagi di dunia ini. Aku akan kembali lagi saat waktunya tiba." Lay menghadap ke Yoona, seraya membisikan sebuah mantra yang membuat gadis itu jatuh tertidur.

Sebelum Yoona sempat jatuh ke lantai, Lay menahan tubuh gadis itu-menggendongnya dan menempatkan Yoona pada ranjangnya yang hangat. Lelaki itu sempat memandangi Yoona dari jarak begitu dekat hingga pandangannya teralih pada potret Yoona bersama seseorang yang begitu mirip dengannya. Lay tidak berani mengakui jika memang itu dirinya seperti kata gadis itu karena ia tidak tahu.

THEORY OF EVERYTHINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang