Heechul tak pernah ingin punya adik perempuan. Kata orang-orang, Heechul beruntung sekali punya adik yang cantik dan baik hati, tipe-tipe macam Im Yoona. Kalian hanya tak tahu saja. Bullshit sekali, kata Heechul dalam hati. Sungguh jika orang tuanya merestui ia ingin sekali mengirim adiknya itu untuk misi ke luar angkasa.
Yoona adalah malapetaka bagi Heechul semenjak ia dilahirkan. Gadis yang usianya enam tahun lebih muda darinya itu licik, usil berlebih, pintar mengambil kesempatan, dan bermuka dua. Heechul merasa jadi objek penderitaan di rumahnya sendiri.
"Oppa! Chullie oppa!!"
Sebenarnya ada banyak insiden menyebalkan yang berkaitan dengan Yoona. Tapi, ada beberapa yang cukup membekas dalam ingatannya. Insiden yang terjadi saat Heechul berumur dua belas tahun. Heechul yang merupakan putra pertama di keluarga punya banyak sekali tugas, belum termasuk dari guru-gurunya.
Ayahnya sungguh tega, beliau memanggil guru-guru terbaik untuk mengajari Heechul bermain alat musik, belajar bahasa Perancis dan Jerman, padahal bahasa Inggris saja belum finish. Bahkan bahasa suku Maya juga menunggu untuk di pelajari—mereka bahkan sudah tidak ada di dunia dan Heechul pun bukannya ingin meramalkan kiamat. Sungguh ayahnya membuat Heechul stress sejak usia dini. Menghela napas, berpikir untuk pura-pura sakit sehari saja, dan pada saat itulah Yoona tiba-tiba masuk ke kamarnya.
"Oppa! Ayo main dengan Yoona!"
Heechul menenggelamkan kepalanya pada bantal. "Tidak bisa Yoona. Hari ini aku banyak tugas," katanya lelah.
Yoona memajukan bibirnya, "Tapi, Yoona ingin main bersama opaaa!" Im Yoona, enam tahun. Punya suara bak petir membelah langit.
Heechul menyungingkan senyum memohon pengetian yang sudah pasti Yoona abaikan sementara telinganya berdenging. "Maaf Yoona-ku sayang, hari ini oppa tidak bisa. Kau pergilah bermain rumah tangga dengan Minho. Biasanya 'kan kalian juga bermain bersama."
"Tidak! Hari ini aku inginnya bersama oppa!"
"Oppa lelah, Yoong."
Yoona tidak peduli, "Aku ingin bermain peran ultraman cosmos denganmu, oppa!"
"Ultraman?"
"Hm," Yoona mengangguk semangat, "Aku jadi ultraman dan oppa monsternya."
Heechul menegak ludahnya dengan susah payah, demi thanos—sebenarnya ibunya ngidam apa saat mengandung Yoona hingga adiknya bisa se-ajaib ini.
"Yoon tapi—"
"Yoona tidak menerima penolakan! Oppa harus jadi monster! Yoona ultraman!"
Keningnya mengerut, bibir mengatup. Heechul gatal sekali ingin melempar Yoona ke luar angkasa—
"Yoona, dengarkan oppa.." Heechul mencoba untuk bersabar. "Oppa sedang banyak tugas, hari ini aku sibuk sekali~"
Lagu tema Sinchan mengalun,
"Tapi Yoona tidak sibuk oppa!"
Malaikat membisikinya, Sabarlah Heechul.
Heechul mengelus puncak kepala Yoona dengan lembut, "Ini bukan masalah kau sibuk atau tidak, yang jelas hari ini—"
"Oppa jahat! Hiks hiks.." Yoona merengek, memukul-mukul lengan Heechul sambil menangis.
"Yoona sayang.." Heechul gelagapan.
Yoona makin liar. Ia menarik kaus yang dikenakan Heechul sampai robek. Heechul shock dengan kekuatan Yoona, tak menyangka adiknya seganas ini. "Oppa, mengertilah Yoona cuma ingin main ultraman bersamamu! Hiks!"
KAMU SEDANG MEMBACA
THEORY OF EVERYTHING
FanficKumpulan cerita | Have a great journey, a head into the universe, finally you are where you belonged.