Kau tidak pernah tahu pada siapa dirimu akan bersama hingga akhir. Semua masih menjadi misteri. Bahkan tak pernah kau duga. Seperti saat api berusaha mencairkan es, dan es berusaha memadamkan api. Lalu, siapakah pemenangnya?
Di dunia ini segala sesuatu selalu memiliki lawannya. Misalnya, Api dan es-mereka adalah dua elemen yang berlawanan. Tidak seperti air dan minyak yang tak bisa bersatu, namun bisa berdampingan, api dan es hanya punya dua pilihan. Api yang padam, atau es yang mencair. Itu semua tergantung dari siapa yang lebih kuat. Api atau es.
Dalam kisah inipun jika bisa diibaratkan, Nam Joohyuk adalah api. Kuat dan tegas, membakar siapapun yang menghalanginya. Sementara Im Yoona adalah es. Dingin dan halus, sekilas terlihat lemah namun akan memberikan efek dingin yang menusuk kulit kala menyentuhnya.
Yoona memasang earphone dan mantel untuk melindungi tubuhnya dari udara musim dingin yang menusuk kulit. Gadis bersurai coklat gelap ini memanggil supir pribadinya untuk mengantarnya ke stasiun. Tujuannya kali ini adalah Busan dengan KTX (Korean Train eXpress) dari Seoul. Cukup memakan waktu sekitar 3,5 jam dan dirinya akan sampai.
Hari ini, 22 Februari. Ia akan merayakan ulang tahun mantan kapten tim basket sekolahnya-dulu. Yoona dan orang itu memang tidak bisa dikatakan terlalu dekat. Hubungan mereka hanya sebatas kapten dan manajer dalam tim. Tapi, tiga tahun kebersamaan mereka adalah hari-hari yang cukup luar biasa baginya. Masa sekolah menengah pertamanya jadi cukup unik mengingat Yoona sebelumnya tidak pernah terlibat dalam kegiatan klub.
Sambil membawa bingkisan berupa persegi besar, ia melirik ke luar jendela kereta. Memandangi putih salju yang masih menyelimuti tanah di luar sana. Tampaknya musim dingin belum mau berakhir-udara masih terasa dingin. Wajah orang itu seketika terbayang. Wajah yang tegas dan sosoknya yang hangat itu, secara diam-diam telah lama dikaguminya.
Yoona menorehkan senyum tipis kala mengingat itu, dirinya memang jarang tersenyum semenjak kepindahannya ke Seoul. Kota besar metropolitan dimana dirinya dan keluarganya menetap saat ini, tempatnya melanjutkan pendidikan selama dua tahun ini. Tapi, Busan punya kenangannya yang begitu spesial dari masa kanak-kanaknya. Hanya dengan membayangkannya beserta orang-orang didalamnya yang tersenyum hangat dengan bahagianya membuatnya ikut tersenyum.
Walaupun tak pasti, apakah mereka masih sama. Atau seberapa banyak mereka berubah, Yoona akan tersenyum ketika bertemu dengannya-ia berusaha memberikan senyumnya yang terbaik. Jika tidak, orang yang dulu katanya bocah absolut itu pasti tetap akan memerintahkannya untuk terseyum. Konyol, memang. Tapi karena itu masa sekolahnya jadi penuh warna, ia jadi selalu merasa rindu.
"Hai, Im Yoona! Lama tidak berjumpa!" seorang lelaki yang diketahui bernama Park Chanyeol-yang juga rekannya dulu langsung saja menyembur Yoona dengan celotehan berisiknya saat dirinya memasuki area sebuah sekolah.
"Hai, Yeollie." Yoona hanya menjawab seadanya dan berlalu meninggalkan Chanyeol yang sedang berteriak-teriak tak jelas akibat diabaikan.
Ya karena perannya sebagai manajer tim, Yoona jadi cukup mengenal anggota inti. Mereka bersama selama hampir tiga tahun. Dan semuanya karena orang itu-Nam Joohyuk. Lelaki yang membuatnya merasakan berbagai emosi, juga membuatnya cukup dimusuhi siswi-siswi karena perannya yang membuat Yoona selalu dekat anggota tim yang mayoritas adalah para lelaki tampan dengan tinggi di atas rata-rata.
"Hadiahmu besar sekali, Yoonah. Pasti isinya makanan yang lezat ya?" kali ini Kim Jongin menghampirinya, bertanya sambil melirik bungkusan besar digenggaman Yoona.
"Sayangnya bukan," jawabnya singkat.
Kembali mengabaikan mantan rekannya, Yoona melangkah menuju sekelompok orang yang terlihat sibuk mempersiapkan pesta untuk sang tokoh utama hari ini. Seorang gadis yang dikenalnya dulu tersenyum padanya saat ia mendekat. "Hai, Yoona-ya! Syukurlah kau datang."

KAMU SEDANG MEMBACA
THEORY OF EVERYTHING
FanfictionKumpulan cerita | Have a great journey, a head into the universe, finally you are where you belonged.