YOONA X LABO

355 39 8
                                    

Lee Minhyuk itu seorang pembuat onar di sekolahnya, nakal—semua orang berkata begitu. Kerjanya setiap hari tidak pernah jauh dari kegiatan membolos, berkelahi, minum, merokok dan balapan liar. Tapi ada yang membuat Minhyuk kesal kuadrat tiap minggunya, guru Kimia-nya selalu mencari masalah dengannya. Guru Park, satu-satunya guru yang berani menghukum dirinya yang notabene-nya adalah cucu pemilik yayasan sekolah.

Bugh! "Rasakan tinjuku, sialan!" ujar Minhyuk menghajar seorang lelaki dengan wajah yang penuh luka lebam,

"Apa masalahmu?!"

Brakk, "Lee Minhyuk! Apa-apaan ini? Hentikan pertengkaran kalian dan segera ke ruanganku sekarang!"

Minhyuk tahu, apa yang ia lakukan cukup berbahaya—tidak bisa di benarkan pula. Membolos dari kelas Kimia dan menghajar adik kelas yang hanya tak sengaja menabraknya di koridor. Minhyuk hanya bosan dan butuh hiburan. Dirinya juga sudah di kenal sebagai pembuat onar di sekolah, jadi sekalian saja. Membuat citranya semakin buruk bukan masalah untuknya.

"Lee Minhyuk! Berapa kali lagi aku harus menghukummu! Dan kau tidak pernah jera!" teriak guru Park sambil berkacak pinggang di hadapan Minhyuk yang tidak menampakkan perasaan bersalah di wajahnya.

"Oh Tuhan, aku bahkan sudah lelah dan bingung akan memberimu hukuman apalagi?!"

Minhyuk hanya diam, kemudian memutar bola matanya malas. Terlalu terbiasa dengan ceramah guru Park yang membuat telinganya berdengung.

"Kau tidak merasa bersalah?!" hardik guru Park mendelik tajam yang membuat Minhyuk sedikit menciut.

Well, Minhyuk memang tidak pernah merasa bersalah dengan setiap hal yang kebanyakan perilaku tak terpuji yang kerap di lakukannya di sekolah. Alasannya sebenarnya sangat klise, dirinya seperti itu akibat kurangnya perhatian dari kedua orang tuanya. Minhyuk tetaplah bocah tujuh belas tahun yang dalam masa pencarian jati diri yang kesepian.

"Baik, karena aku bingung akan menghukummu dengan cara apalagi. Maka kuputuskan mulai besok kau harus membantu seseorang membersihkan dan membereskan laboratorium Kimia, tiap hari selama sebulan. Tidak ada penolakkan karena aku sudah mendapat persetujuan kakekmu untuk mendidik cucu semata wayangnya yang berandalan."

Dan jika kalian menanyakan bagaimana Minhyuk saat itu, tentu saja mau tidak mau—suka tidak suka, Minhyuk selalu tunduk jika sudah melibatkan nama besar kakeknya. Minhyuk harus rela membiarkan dirinya menerima hukuman kali ini.

Jika saja bukan karena hukuman guru Park, mungkin saat ini Minhyuk akan merokok dengan santai di rooftop sekolah. Membolos atau berkelahi, yang pasti mencari masalah adalah favoritnya. Tapi, entah karena apa Minhyuk melangkahkan kakinya menuju tempat yang tidak pernah ia duga akan di datanginya, terlebih saat jam istirahat.

"Apa ada orang?" Minhyuk membuka pintu laboratorium Kimia,

"Kau yang di utus guru Park kemari?" sebuah suara muncul dari balik punggung Minhyuk.

"Sial! Kau membuatku terkejut." Balas Minhyuk kesal sambil memegangi dadanya, tepatnya dimana jantungnya berada.

Saat berbalik Minhyuk menemukan seorang gadis dengan err penampilan yang terkesan atau memang bisa kalian katakan kuno atau culun berada tidak jauh darinya, berdiri tegak terhadap lantai laboratorium.

"K-kau sia—"

"Apa maksudnya itu?" Melihat penampilan Minhyuk yang sangat mirip berandalan membuat sang gadis mengerut skeptis dan sengaja memotong perkataannya.

Minhyuk tidak mengerti dengan delikan skeptis iris sewarna madu itu, yang ia tahu setiap gadis akan menatapnya dengan tatapan memuja tiap kali dirinya ada sekitar mereka. Tapi, gadis dengan kepang rendah dan kacamata tebalnya ini justru menatapnya seakan Minhyuk adalah virus yang harus di basmi. Menarik. Minhyuk hanya bisa terkekeh kecil sebelum melanjutkan.

THEORY OF EVERYTHINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang