CHILDHOOD SWEETHEART

301 27 2
                                    

"Jeon Jungkook!"

Cerita ini akan dimulai dari seorang lelaki tampan yang dengan santainya berdiri di tengah lapangan basket sekolah. Lelaki bergelar most wanted di sekolahnya itu membiarkan angin mengibarkan pelan rambutnya. Ditambah dengan senyuman tipis dan sorot mata yang membuat banyak siswi-siswi labil menjadi gila, menambah daftar keindahan dari adegan ini. Tentu saja sebelum dirusak oleh adegan lain.

"Ya Jeon! Dimana telingamu?!"

"Eh?" lelaki Jeon itu menolehkan kepala kepada sumber suara. Terlihat di ujung lapangan seorang lelaki bertubuh pen-kurang tinggi yang melambai-lambaikan tangan-isyarat agar Jungkook melihatnya-dengan ekspresi yang bisa dibilang cukup aneh.

"Mana telingamu?!" ulang lelaki bernama Park Jimin.

"Telingaku?" tanya Jungkook balik. Sekilas ia memegang telinganya yang tertutup sebagian rambunya yang mulai memanjang. "Masih ada kok." Balas Jungkook setelah yakin rabaan tangannya barusan menghasilkan fakta bahwa telinganya masih utuh berada di tempatnya.

"Babo!!" teriak Jimin sekuat tenaga.

Jungkook menaikkan sebelah alisnya. "Apa?"

Jimin menepuk jidatnya. Frustasi. Jeon Jungkook ternyata begitu bodoh! "Bola yang kau lempar kena guru Kang! Beliau ada di depanmu, dan kenapa kau tak cepat minta maaf, bodoh!" Jimin meraung.

Dengan gerakan slow motion seperti di iklan-iklan komersial, Jungkook menggerakkan kepala ke arah depannya. Dan, death glare dari guru sains-nya itu telah menanti. "Jeon. Jungkook." sapa guru Kang dengan wajah memerah bekas ciuman bola Jungkook.

Rasanya Jungkook tahu, sebelumnya ia selalu melempar bola basket tepat ke dalam ring. Bahkan hipotesa tersebut sudah diakui secara de facto maupun de jure oleh klub basket sekolah lain. Makanya, ia ditunjuk menjadi shooter andalan dan kapten klub. Tapi kalau kaptennya saja dihukum oleh guru, nama klubnya pasti sebentar lagi akan hancur bukan?

Absurd memang. Biasanya para guru di sekolah ini akan menghukum para siswa-siswinya untuk melakukan pekerjaan sosial seperti membersihkan kamar mandi, membantu tukang kebun menyapu halaman, memotong rumput, membantu ibu kantin mencuci piring, menguras kolam koi, atau untuk orang-orang tertentu akan di suruh mengerjakan puluhan soal olimpiade super sulit. Tetapi ini apa coba?

Jungkook disuruh menulis 'saya berjanji tidak akan melempar bola sembarangan lagi' di atas lapangan basket yang luasnya tak bisa dibilang sempit-dengan kapur. Andaikan kapur ajaib lumayanlah Jungkook bisa jadi Rudy Tabuttie dadakan dan pergi ke Chalk Zone. Tapi, hari ini matahari diatas sana kelewat bersemangat menyemangatinya. Dan panasnya itu, serasa berjemur di Death Valley gurun Mojave.

Nyatanya meskipun begitu Jungkook tetap stay cool. Masih dengan wajah tanpa dosa. Karena jika ia dihukum seperti ini, berarti dirinya bebas dari kelas kimia-nya siang ini. Tapi, jangan berpikiran Jungkook adalah siswa pemalas tidak pintar yang selalu bermotto say no to the teacher, and more no to the lesson. Salah besar. Di angkatannya nilainya selalu jadi yang tertinggi.

Jeon Jungkook memang paling awesome di sekolah. Tidak perlu dihitung berapa banyak fansgirl-nya. Bahkan di sekolahnya ada dua kubu fansclub untuknya. Dan berkali-kali terjadi tawuran massal antar-anggota dikarenakan perdebatan mengenai 'di mana tempat duduk Jeon Jungkook?'. Padahal faktanya, kelas Jungkook-menganut ajaran 'setiap dua hari sekali tempat duduk harus bergeser. Agar semua penghuni kelas bisa merasakan duduk di mana saja'. Tentu saja tawuran massal itu minimal terjadi dua kali dalam seminggu.

Tapi sekarang masalahnya bukan itu! Di sela-sela hukuman menulisnya di atas lapangan basket, Jungkook sebenarnya sedang memperhatikan seseorang. Dari tempatnya berdiri sekarang merupakan posisi terbaik untuk melihat wajah gadis itu. Rambutnya yang panjang tergerai, wajahnya yang manis, matanya yang indah, sayang Jungkook tidak berani menyapa gadis itu.

THEORY OF EVERYTHINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang