IT'S NOT FINE

290 27 0
                                    

2014. Ah, itu sungguh tahun yang menyedihkan. Kehilangan salah saudari kami dan unnie kesayanganku. Kepergian Sica-unnie dari grup adalah berita besar. Lebih-lebih hampir bersamaan dengan Kris dan Luhan yang telah lebih dulu pergi meninggalkan EXO. Tapi, bukan hanya tentang itu. Tanpa diketahui banyak orang, aku juga kehilangan lelaki itu—Xi Luhan, yang mendiami hatiku sejak 2010.


Ini sudah hampir lima tahun sejak ia pergi dari tanah kelahiranku, status kekasih yang hanya diketahui beberapa orang saja—ah mungkin sekarang lebih tepat disebut mantan. Banyak hal berubah, semua tentu tak lagi sama. Keputusan yang diambilnya, apakah sekarang ia menyesalinya? Sepertinya tidak. Lelaki itu bahkan sudah bahagia bersama gadis lain. Jadi, hanya aku yang masih menginginkannya? 


Kenangan itu, saat ia masih disini. Saat senyumannya adalah hal yang hampir tiap hari kulihat secara langsung. Dan pagi ini adalah tepat saat ia memutuskan kami harus berpisah—6 September. Aku tersenyum miris. Setelah ibuku, kini aku kembali dicampakan. Namun tiap mengingat kenangan kami dulu, rasa rindu itu menyeruak dengan seenaknya. Apa ini yang disebut dengan karma? Apa aku pernah berbuat hal serupa di kehidupanku sebelumnya?


Saat sedang sibuk berpikir—walaupun sebenarnya, aku enggan memikirkan masa lalu karena katanya membuang-buang energi dan membuat hati jadi sakit—angin di luar berhembus cukup kencang sehingga salah satu jendela kamarku yang memang tak terkunci rapat terbuka. Dengan langkah pelan aku berjalan mendekat menuju jendela dan saat angin yang lembut menerpa. Aku tertegun saat kulihat kelopak-kelopak dandelion yang berterbangan memenuhi langit.


"Hah? Dandelion? Yang mudah rontok saat tertiup angin itu?" 


Aku mengangguk pelan. "Dandelion. Bagaimana menurutmu, hm?"


"Menurutku, dia bunga paling rapuh, tidak berwarna, tidak harum dan tidak menarik," Jawabnya dengan santai.


Aku tersenyum tipis. "Begitu, ya." 


Saat itu, dalam hati aku memang mengiyakannya. Seperti katanya dandelion memang terlihat seperti itu. Tapi—dandelion akan menerbangkan semua kelopaknya saat masa hidupnya berakhir, terasa begitu indah dan menenangkan. Membawa suasana nyaman bagi semua orang yang melihat. Setiap hembusan angin dapat menerbangkan semuanya perlahan, tapi semuanya tetap terlihat menarik dan mempesona walaupun si bunga pergi satu persatu. 


Terkadang kau baru menyadari betapa pentingnya seseorang setelah kau meninggalkannya—itu adalah sebuah kutipan dari sebuah buku yang kali ini sedang kubaca. Ini menarik, sedikit banyak kisah dalam buku itu hampir seperti kehidupanku sendiri. Menjadi public figure itu sulit. Aku dan mereka yang terjun dalam dunia ini tentu tahu itu. Tapi, menjadi kekasih dari seseorang yang juga public figure jauh lebih sulit. Mungkin kami yang paling tahu akan hal itu. 


"Kau tidak berniat berlibur bersamaku?"


"Aku sibuk, unnie. Masih ada beberapa project yang belum selesai."


"Bukankah promosi filmmu sudah berakhir sejak minggu lalu, hm? Hei Im Yoona ada apa denganmu? Cepat katakan padaku?"

THEORY OF EVERYTHINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang