'Cih Valentine,' dengusku dalam hati ketika teman-temanku—sebagian besar para gadis sibuk mempersiapkan perayaan hari kasih sayang itu. Sejak masuk sekolah menengah hal ini selalu terjadi dan dirayakan setiap tanggal 14 Februari. Sungguh hal yang menurutku tidak bermanfaat, tapi para kelas 3 yang sebentar lagi akan angkat kaki dari sekolah justru lebih sibuk dengan valentine mereka ketimbang ujian kelulusan.
"Aku benci valentine, jika saja hari ini tidak ada ujian sejarah dunia—pasti aku akan membolos saja." gerutuku kali ini terdengar jelas oleh teman baikku, Jessica.
"Ya ya kau memang selalu mengatakan itu setiap tahunnya Im." Dengus Jessica seraya membuka kotak-kotak hadiah valentine yang didapatnya dari para fansnya.
Coklat, bunga, surat, atau hadiah lainnya jadi barang paling berserakan saat valentine tiba. Selain itu, tema obrolan hampir diseluruh penjuru sekolah selalu menyangkut hal seputar valentine—bahkan ujian sejarah dunia yang baru berakhir 30 menit yang lalu.
"Argh! Soal macam apa itu tadi?!" jeritku frustasi setelah bertarung dengan pertanyaan yang menurutku sangat konyol.
"Itu soal sejarah dunia kalau kau lupa." Timpal chairmate-ku, Seohyun.
"Aku tahu. Maksudku kenapa semua pertanyaannya menyangkut valentine?" tanyaku merasa tak terima, tentu aku merasa dicurangi—semua materi yang kupelajari tak ada yang muncul dalam soal.
"Valentine adalah hari bersejarah yang dirayakan hampir semua orang diseluruh penjuru dunia. Kecuali untukmu tentu saja." Seohyun berkata santai seraya membuka novel roman picisannya.
"Huh, kita bahkan tak pernah belajar tentang materi ini sebelumnya." Debatku.
"Yah, kurasa guru Song sedang mengujimu." Balasnya lagi.
Semua teman sekelasku tahu akan diriku yang sangat membenci hari valentine. Mereka yang mengenalku pasti tahu ini. Ketidaksukaanku terhadap valentine muncul begitu saja. Aku tidak harus memiliki alasan untuk membenci bukan? Dan aku baru sadar kalau kelasku dihias sedemikian rupa untuk merayakan hari valentine—hiasan bentuk hati dan berbagai pita mungil yang sebagian didominasi warna pink, ciri khas 14 Februari. Aku bahkan baru menyadarinya karena ujian sejarah dunia.
"Oi, Im Yoona wae?" tegur seseorang sambil menepuk pundakku dari belakang. Ia duduk berhadapan denganku.
"Jangan mengganggunya Soo, ia sensitif karena hari ini 14 Februari." Balas Seohyun dengan pandangan pada novelnya.
Sooyoung tertawa keras, tak tanggung-tanggung—putri konglomerat keluarga Choi itu memang tidak biasa. "Kau pasti tersiksa satu hari ini Im. Tiffany dan Jessica yang memiliki ide brilliant untuk menghias kelas ini, jika kau mau membuat perhitungan dengan duo American itu." Aku hanya mendengus, dasar teman tak tahu diri.
"Yoongie, bagus tidak?" Yap salah satu dari penyebab hancurnya mood-ku dengan tampang polosnya menghampiriku.
"Buruk." jawabku singkat sambil merapikan peralatan tulisku.
"Ya! Im Yoona, teganya kau. Aku dan Jessi bersusah payah membuat ini untuk membiasakanmu." lanjutnya dengan matanya yang berbinar-binar.
"Kalau maksudmu membuatku terbiasa badmood, selamat kalian berhasil."
"Hey Im, bagaimana kalau misalnya nanti kekasihmu atau malah suamimu lahir di tanggal 14 Februari? Kau tentu akan merayakan ulang tahun sekaligus hari valentine bersamanya setiap tahun. Apa kau juga akan membencinya?" tanya Sooyoung yang membuat Tiffany dan Seohyun juga memandang penuh tanya padaku.
"Aku tidak berpikir sampai kesitu. Kupikir aku akan hidup melajang. Kalaupun ada lelaki dalam hidupku aku hanya perlu mencari yang terlahir selain di tanggal 14 Februari bukan?" timpalku santai dan membuat tiga gadis yang jadi temanku sejak kelas satu tercengang.

KAMU SEDANG MEMBACA
THEORY OF EVERYTHING
FanfictionKumpulan cerita | Have a great journey, a head into the universe, finally you are where you belonged.