THE PROFESSOR

402 38 4
                                    

Lelaki itu, profesor matematika jenius yang hanya memiliki ingatan selama delapan belas jam. Sedang perempuan muda itu hanyalah seorang mahasiswi beasiswa fakultas hukum tahun kedua yang tidak sengaja menolongnya saat kecelakaan, yang kemudian dipercaya mengurus sang professor yang sebatang kara.

Seiring waktu, hubungan aneh tapi indah berkembang di antara keduanya. Sang profesor mungkin tak mampu mengingat apa yang disantapnya saat sarapan, tapi pikirannya masih hidup oleh persamaan matematika yang abadi. Sang profesor menciptakan teka-teki matematika, membuka dunia angka yang membuat sang mahasiswi fakultas hukum—yang anti-matematika menjadi terpana dan terbuka pikirannya.

Bersama setiap persamaan baru, mereka membangun jalinan kasih sayang yang lebih misterius daripada bilangan imajiner dan ikatan yang lebih dalam dari kenangan. Sang profesor—Lee Dongwook dan mahasiswi fakultas hukum—Im Yoona. Bersama dengan kisah hidup mereka, jangan pernah lupa.

Yoona baru berusia delapan belas tahun saat ia pertama kali bertemu dengan sang profesor; waktu itu dirinya hanya tak sengaja melewati sebuah jalanan sepi dimana sedang terjadi sebuah kecelakaan antara sebuah truk pengangkut yang menabrak sebuah mobil—milik sang profesor.

Siapa sangka sejak hari itu adalah titik awal dimana dua entitas yang menggeluti dua kehidupan yang berbeda dikumpulkan menjadi satu. Yoona terdampar dalam kehidupan sang profesor ahli teori bilangan di sebuah universitas tempatnya belajar.

Terdampar. Pemilihan kata yang lucu, tapi itulah yang ia rasakan. Yoona tidak idiot. Dirinya bahkan memiliki IQ di atas rata-rata dan semua nilainya nyaris sempurna. Tapi nampaknya, ada satu mata pelajaran yang berkhianat terhadapnya. Matematika.

Seumur hidupnya, nilai tertinggi yang pernah Yoona dapat untuk matematika adalah 42. Matematika membunuhnya dengan telak. Dan ia harus menerima nilai nomor dua terbawah di sekolahnya. Yoona tak pernah mengerti mengapa dirinya bisa sepayah itu mengingat dirinya baik di semua mata pelajaran. Dan Yoona lengah. Bahwa takdir justru kembali merelasikannya dengan seseorang yang ahli dalam ilmu eksak itu. Sialkah?

"Berapa ukuran sepatumu?" Pertanyaan pertama sang profesor, setelah Yoona menjenguknya beberapa hari setelah kecelakaan tersebut. Tanpa ada sapaan. Sang profesor bahkan tak bertanya siapa Yoona saat itu. Bukankah mereka terlampau jauh berbeda?

"Dua puluh empat sentimeter." Yoona menjawab. Mungkin ini bukti dari diagnosis dokter yang barusan ditemuinya. Sang profesor mengalami kerusakan otak yang tak dapat di perbaiki.

"Itu sebuah angka yang kuat," ujar sang profesor. "Itu factorial dari empat." Ia melipat kedua lengannya, memejamkan mata dan membisu sejenak.

"Faktorial?" Yoona bertanya, dirinya selamanya takkan pernah mengerti kerumitan cara berpikir seorang ahli matematika itu.

"Perkalian semua bilangan asli dari satu hingga empat adalah dua puluh empat."

Sejak awal Yoona sudah sadar bahwa sang profesor dan dirinya sangat berbeda. Dunia mereka. Hal-hal yang disenangi. Tapi, sejak Yoona mengenalkan dirinya sebagai keponakan sang profesor ia juga takkan pernah menyangka bisa berbaur dengannya. Sekurang-kurangnya satu hal yang sama tentang mereka. Sama-sama sebatang kara di dunia ini. Dan sang profesor tak pernah keberatan dengan keberadaannya.

.

"Kau tahu, kalau kau terlalu serius, kau akan menua lebih cepat."

Yoona menoleh cepat dari bukunya dan mendapati wajah menyebalkan teman kelasnya—Minhyuk itu tengah tersenyum jahil ke arahnya. Dan saat itu juga, Yoona tiba-tiba didesaki hasrat tak tertahankan untuk meninju wajah tersebut.

"Bukan urusanmu. Dan jangan ganggu aku." ketusnya kemudian.

Sungguh, ia harus kembali ke kelasnya. Ujian tengah semester sudah semakin dekat. Dan Yoona tidak bisa kehilangan beasiswanya—semoga Tuhan membantunya. Hanya itu yang Yoona inginkan. Tapi temannya tidak pernah membuat keinginannya itu terasa lebih mudah.

THEORY OF EVERYTHINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang