BETWEEN LOVE AND LOGIC

505 63 10
                                    


*Warning! little bit mature content dalam cerita ini..


Cinta tak kenal logika, mereka yang bilang begitu. Mungkin memang benar, tak ada alasan yang tepat untuk jatuh cinta. Terkadang kita bisa saja dengan mudah mencintai orang yang baru saja kita kenal, atau baru pertama kali bertemu, atau bahkan pada orang yang tidak tepat sekalipun. Cinta memang aneh, ia tak mengenal segala logika yang coba dihadirkan.

"Apa? Kau ada dimana!?" Teriak seorang gadis berambut coklat setelah mendengar suara seseorang dalam panggilan teleponnya.

"Ya! Kau gila! Bagaimana bisa disana? Baik, aku akan pergi kesana." Ujarnya menutup sambungan telepon dan bergegas pergi menuju suatu tempat.

Sungguh, selama 18 tahun hidupnya gadis yang diketahui bernama Im Yoona—siswi tingkat tiga itu tidak pernah menyangka akan berakhir pergi ke tempat laknat seperti ini hanya demi memungut sahabat idiotnya yang sedang patah hati. Demi Tuhan, Yoona gadis berprinsip dan menjunjung tinggi norma ketimuran sesuai kaidahnya. Pergi ke tempat ini sama sekali tidak pernah ada dalam daftar tempat yang ingin dikunjunginya.

"Sedang apa ketua tim disiplin sekolah disini?" sebuah suara yang cukup familiar.

Yoona berpaling cepat. Ia terkejut melihat seorang lelaki berdiri di belakangnya. Lebih terkejut lagi ketika melihat dua orang wanita dengan pakaian kekurangan bahan bergelanyut manja di kanan-kirinya. Sejenak mereka hanya bertatapan. Membisu.

"Ka-kau sendiri, sedang apa disini?" tanya Yoona dengan gugup tanpa menunggu jawaban dan langsung berbalik ke posisinya semula.

"Tentu saja bersenang-senang. Tapi, aku tak pernah menduga akan bertemu dengan ketua tim disiplin di klub malam. Apa mungkin ketua sudah melupakan tata tertib sekolah hm." ujarnya seraya tertawa bersama wanita-wanita kekurangan bahan pakaian.

"Itu sama sekali bukan urusanmu. Dan jangan memanggilku ketua tim disiplin lagi karena masa jabatanku sudah habis sejak bulan lalu." Balas Yoona datar.

Lelaki yang  ia ketahui bernama Jeon Jungkook itu adalah juniornya, tingkat satu. Sejak di hari pertamanya Jungkook selalu berbuat onar di sekolah hingga bulan ke enamnya ini. Lelaki bermarga Jeon itu sungguh mimpi buruk Yoona sebagai ketua tim disiplin sekolah—dulu hinga kini dan nanti. Jungkook sudah di labeli sebagai playboy kelas kakap dan troublemaker kelas berat oleh Yoona.

"Baiklah kupanggil Yoona sunbae saja." Senyum Jungkook kemudian mengisyaratkan wanita-wanita di sekitarnya untuk pergi.

Mengabaikan keberadaan Jungkook, Yoona berniat segera menemukan sahabat idiotnya—Kwon Yuri. Kemudian pergi secepatnya dari tempat ini. Yoona mengedarkan pandangannya, menyisiri ke segala penjuru arah. Sekali lagi ia merutuki Kwon Yuri yang membuat matanya ternodai pemandangan-pemandangan tak senonoh yang tersaji disini.

"Sunbae, sahabatmu sepertinya tidak ada disini." Ujar Jungkook berjalan menghampiri Yoona.

Tak ada jawaban. Jungkook sudah berdiri disebelahnya, mengamati Yoona yang celingukan kesana kemari. Dengan gerakan cepat tak terduga, Jungkook menarik Yoona menuju sebuah sofa dan membawanya duduk pada pangkuannya.

"Kyaaaaa! Apa yang kau lakukan Jeon!" teriak Yoona saat Jungkook mendekapnya dengan erat.

"Sejak kapan ada orang yang mengenakan piyama dan mantel tipis untuk pergi ke klub malam hm?" Jungkook menyeringai jahil, "kau lebih pantas tidak mengenakan apapun." Bisiknya seduktif.

"Ya! Jeon Jungkook! Kau sudah keterlaluan!" Wajah Yoona berubah merah padam.

Dari sekian banyaknya manusia mengapa harus bertemu dengan Jeon Jungkook. Sungguh ia bosan menghadapi manusia tipe ini. Dulu hampir tiap hari Yoona marah-marah dengan suaranya yang mirip burung berkicau—sementara Jungkook hanya tersenyum geli. 

THEORY OF EVERYTHINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang