Di suatu malam yang sunyi terpecahkan oleh raungan monster misterius. Roar~ tak terlihat oleh mata, tapi mereka selalu menjadikan manusia sebagai mangsa. Hanya segelintir orang yang dapat melihat wujud dan menghentikannya.
"Yah, aku sudah cukup kesal soal ini. Bagaimana, Yeon?"
Tampak siluet sosok lelaki yang berdiri di atas cabang ranting sebuah pohon oak tua. Ia tidak sendiri, di pundaknya mengambang sosok lainnya. Makhluk dari golongan mereka, berbeda—ia tampak kecil seperti bola berbulu yang menggemaskan.
"Tenanglah, Yeon. Astaga di bawah sinar bulan yang begitu indah ini aku punya perasaan tidak enak. Sesuatu yang buruk akan terjadi."
Sementara itu, tidak jauh dari sana. Sepasang manusia dari dua generasi yang berbeda sedang menyusuri daerah terlarang di pinggir hutan, ditemani cahaya lampu senter.
"Nenek, kenapa harus kemari?"
"Aku merasakan kehadirannya. Bukankah kau juga, Na-ya?"
"Aku tidak peduli! Ini sudah malam dan itu bukan urusanku. Kehadiran mereka hanya urban legend. Kita hidup di abad modern, harusnya mereka sadar bahwa kehadiran mereka tidak di butuhkan." Sungutnya jengkel,
"Kau bisa berkata begitu kalau kau tidak melihat mereka hampir setiap waktu, Im Yoona."
Gadis itu terdiam di tempat, Im Yoona—15 tahun, punya kemampuan special. Sejak kecil Yoona memang punya kemampuan rahasia untuk menenangkan mereka.
"Roarrrr!!!!"
"Na-yaa! Awas disina! di belakangmu, shadow beast!" teriak neneknya.
Yoona terpaku di tempat, sejak tadi ia merasakannya. Mereka sangat dekat. Tapi, kakinya menolak untuk di gunakan. Gadis itu hanya pasrah seraya menutup matanya. Toh jika harus mati berarti itu memang takdirnya. Bukankah sejak hari itu Yoona selalu ingin mati?
"Oh tidak, kakiku terasa lemas." Gumamnya Yoona seraya meringis,
Whosshhh, aura lain mendekati mereka,
"Tetap disana. Serahkan ini padaku, nenek lari dan bersembunyilah!"
Suara itu, seorang laki-laki. Asing. Yoona tak pernah mendengarnya.
"Cih gadis yang merepotkan." Seraya berkata seperti itu sang lelaki mengangkat tubuh Yoona, "Tidak ada yang bisa kau lakukan di sini." Sambungnya lagi,
Suara raungan mengerikan kembali terdengar di belakang. Sedang Yoona berusaha memfokuskan pandangannya pada lelaki yang menggendongnya ala bridal style itu.
"Sial ini terlalu dekat," ringis Yoona saat lelaki itu membawanya meloncati pepohonan, sedang mereka masih di kejar sosok shadow beast."Cih sampah.."
Yoona menggeliat tidak nyaman. Gadis itu tidak pernah terlibat skinship dengan seorang lelaki selama hidupnya, apalagi mereka tidak saling kenal."Hey! Jangan lakukan hal-hal yang tidak perlu! Kau! itu berbahaya.. Woahh!"
Mereka berdua berakhir terjatuh dari sebuah ranting pohon, saat Yoona memukulnya dan bergerak dengan brutal saat lelaki itu kehilangan keseimbangannya.
"Aduh."Ini sudah abad 21, banyak hal telah berubah. Meski begitu tak sedikit pula yang sama seperti beribu-ribu tahun yang lalu. Kalian pikir hanya manusia, hewan, dan tumbuhan yang hidup menghuni dunia ini? Salah. Mereka ada, sudah ada bahkan sebelum manusia di ciptakan.
Kemunculan mereka tak lagi sesering terdahulu. Tapi, tetap saja mengganggu kedamaian dan mengkhawatirkan orang-orang yang hidup dalam damai meski seperti kata Yoona, kebanyakan menganggap mereka tak lebih dari urban legend. Tak menampik juga, faktanya beberapa orang pernah diserang.
KAMU SEDANG MEMBACA
THEORY OF EVERYTHING
Fiksi PenggemarKumpulan cerita | Have a great journey, a head into the universe, finally you are where you belonged.