Chapter 22

270K 12.5K 179
                                    

"Jadi, kamu mau?"

---

"Tapi aku takut kalau nanti aku diomongin yang buruk-buruk karena aku tunangan kamu" jelas Tasha dengan sedih.

Devan menatap Tasha dalam lalu mengucapkan beberapa patah kalimat yang mampu membuat Tasha menganga shock.

"Tidak ada yang menggunjing dan kita akan menikah"

Tasha melongo.

"Ap..apa!!" Tasha berdiri berjalan mendekati Devan yang tetap mentapnya datar.

"Apanya yang apa?" Tanya Devan sambil menaikkan sebelah alis heran.

Tasha menghentak-hentakkan kaki tanda merajuk kemudian menggoyang-goyangkan bahu atletis Devan.

"Tap..tapi gimana sama kuliahkuu.. terus model.. terus aku masih pengen ngerasain jadi seorang gadis yang masih lajang. Aku belum siap punya anak juga. Hikz" terang Tasha.

Devan mendengus geli setelah itu menjawab ocehan Tasha.

"Kamu harus berhenti jadi model! Kan aku udah pernah bilang.." belum sempat Devan selesai bicara tiba-tiba Tasha memotong.

"Iya, tapi aku masih suka jadi model" sela Tasha cepat.

Devan mengerutkan kening dan ekspresinya berubah datar.

" Siapa yang suruh kamu memotong pembicaraan, Natasha!" tegas Devan.

Tasha langsung beringsut mundur dan menunduk lalu cemberut. Dia sebal dimarahi ketika ia sedang lapar karena makan yang tertunda tadi.

Devan menghela nafas.

"Jadi model itu memakan waktu banyak dan pasti waktu untuk istirahat berkurang, sayang" ucap Devan melembut.

Tasha tetap diam menunduk dan cemberut tidak berani memandang lelaki di depannya yang sedang duduk bersedekap menatapnya intens.

"Biaya kuliah sudah pasti aku yang menanggung. Setelah jam kuliah selesai, di siang harinya kamu mulai lanjut kerja. Ketika tidak ada jam kuliah kamu full kerja. Kamu nggak mau memdampingi suami kamu saat kerja nanti?" Jelas Devan panjang lebar.

Tasha tetap terdiam tanda merajuk.
Sedangkan Devan menghela nafas pelan.

"Apa kamu mau aku cari sekretaris lain? Yang lebih cantik atau seksi?" Ucap Devan dengan tatapan menggoda ke arah Tasha.

Tasha sontak menatap Devan dan melotot.

"Mau mati ya?!" Tasha memelototi Devan dan berkacak pinggang.

Devan hanya mengulum senyumannya.

"Jadi?" Tanya singkat Devan ke gadisnya itu.

"Huft, iya iya.. emm. Tapi.." Tasha tiba-tiba merenung.

Devan mengerutkan kening.

"Tapi kenapa,Cha?" Tanya Devan pelan.

"Aku.. aku takut nggak bisa jadi sekretaris, aku kurang mengerti hal-hal seperti itu.. aku juga kurang pintar nggak seperti kamu, aku takut semua orang menghinaku nanti. iio" ungkap Tasha penuh kesedihan.

Hal itulah yang membuat Tasha dari dulu selalu merenung. Semua orang di sekolah selalu menggunjingnya kurang pintar juga pas-pasan dalam hal pelajaran hanya bermodal cantik nan rupawan.

Itulah juga alasan mengapa Tasha tidak mau dikaitkan dengan Devan yang jauh sangat pintar dan luar biasa jenius bahkan Devan sudah didaftarkan beasiswa ke luar negeri jauh-jauh hari padahal masih kelas 2 akan tetapi ditolak Devan dan beasiswa itu ternyata di berikan ke Kakaknya, Dion.

BACKSTREET !!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang