Chapter 26

247K 11.9K 263
                                    

"Sudah silahkan kalian cocokkan" pintah Devan setelah selesai menulis kunci jawaban di papan.

Devan kemudian duduk di bangku guru.

Suasana kelas menjadi hening. Seisi kelas sedang serius mengoreksi jawaban.

Devan kemudian mengalihkan pandangannya kearah Tasha yang kini juga sedang serius. Akan tetapi ia tahu ekspresi dan perasaan Tasha berbeda dari biasanya.

Tasha terbiasa ceria, walaupun diam pun kedua mata indahnya akan berbinar penuh sinar kebahagiaan. Tapi kini binar itu redup.

Devan menghela nafas setelah itu memilih mengalihkan pandangan kearah ulangan milik Tasha yang sedari tadi dipegangnya. Ia memutuskan mengoreksi sendiri ulangan milik Tasha.

Tujuan sebenarnya adalah agar Tasha tidak malu. Ia sebenarnya tahu nilai berapa yang akan didapat Tasha nanti. Gadisnya itu lemah masalah matematika dan perhitungan.

Apakah kalian bertanya dimana Chika? Jawabannya dia sedang di toilet.

Ingin rasanya Devan mengusir saja Chika agar gadisnya bisa mengeluarkan lagi binar binar ceria di matanya. Tapi sepertinya itu mustahil karena kepala sekolah dan guru-guru pernah berunding mematenkan dirinya dan Chika sebagai pasangan jenius yang bisa membanggakan sekolah. Huft.

Devan mulai serius mengoreksi dengan seksama jawaban Tasha. Bahkan di samping soal selalu diberi cara tapi rata-rata cara itu ngawur atau istilahnya ngasal. 

Yang lebih lucu lagi selalu ada gambar  emoticon hasil oretan tangan cantik Tasha. Ada pula gambar boneka beruang dipinggiran soal. Haha.

Devan diam-diam tertawa kecil.

Tak lama munculah Chika yang kelihatan lebih fresh. Setelah diamati ternyata dia pakai bedak lagi. Astaga.

Dia lalu duduk di sebelah Devan dan menengok ke arah ulangan Tasha.

"Kamu tadi ketawa sendiri kenapa? Karena ulangan ini ya?" Tanya Chika.

Devan hanya diam lalu melanjutkan mengoreksi.

Chika geram karena merasa diacuhkan. Ia kemudian mengamati hasil ulangan Tasha dan menaikkan sebelah alis.

Tiba-tiba Chika mengeraskan suaranya.

"Natasha Dea Ika loe pikir ulangan ini ajang menggambar, loe cuma bisa ngejawab sedikit tapi gambar-gambar nggak jelas loe menuh-menuhin kertas. Lain kali kalo nggak bisa ngejawab itu cari cara lain pecahin rumusnya jangan malah ngegambar" tegur Chika datar.

Tasha menatapnya datar.

Chika yang ditatap seperti itu hanya tersenyum miring.

"Tanya Devan deh kalo nggak percaya, kelakuan kayak gitu boleh atau enggak" ujar Chika acuh.

Chika lalu menoleh ke arah Devan. Devan menatap Tasha yang terdiam kemuadian Devan mengalihkan pandangan ke arah lain lalu mengangguk pelan.

"Nah kan, untung ini kita yang koreksi bukan guru. Kalau enggak mungkin kertas ulangan loe udah dibuang. Belajar yang giat ya Tasha cantik" Cetus Chika sakartis.

Tasha hanya diam. Sebenarnya sedari tadi ia menahan emosi.

Satu kata yang mewakili perasaannya sekarang. Malu.

Seisi kelas menoleh ke arahnya.

Dinda menatapnya sedih kemudian mengelus pundaknya.

Tasha rasanya ingin menumpahkan amarah dan air mata juga segala emosi yang ada.

Tak lama Tasha berdiri kemudian berjalan hendak keluar tapi dicegah oleh Chika.

"Loe mau kemana?" Tanya Chika.
"Toilet" Jawab Tasha pelan.

BACKSTREET !!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang