Chapter 23

266K 12.5K 81
                                    

Tasha menarik tangan Dion untuk turun menuju ruang makan. Setelah sudah sampai di ruang makan disitu sudah terdapat Ayah Devan dan Dion.

"Aaayyaaaahhh" Tasha berlari kecil ke arah Ayah Devan yang sudah duduk sambil menatap tersenyum padanya dan merentangkan tangannya ingin memeluk Tasha.

"Haallloooo.. Cantiiikkk.."
"Hallo ayaah"

Tasha duduk disamping Ayah Devan lalu memeluknya.

Dion duduk disamping Tasha dengan wajah datar. Sepertinya mood Dion tidak cocok untuk diajak bercanda.

"Kakak kenapa? Senyum doongg" Ujar Tasha.

Dion mengalihkan pandangan dan menghela nafas.

Tasha mengerucutkan bibir kemudian menggerutu kecil.

"Diion mana adik kamu? udah kamu suruh kesini kan?" Ucap Bunda yang menuju kemari sambil membawa nampan.

"udah bun, tauu' pingsan kali" jawab Dion cuek.

Tasha melotot.

"Iiihh... jahat bangeet" rajuk Tasha.

Tak lama datanglah Devan dengan wajah dinginnya kemudian salim kepada Ayah lalu duduk di depan tempat duduk Tasha.

"Dion kamu nggak salim?" Celetuk Bunda.

Dion mendengus lalu berdiri dan salim. Ayah menyalimi balik dan geleng-geleng.

"Kamuu ini. Coba kalau kamu patuh seperti adikmu. Padahal Ayah berharap kamu yang mengganti jabatan Ayah bukan Devan. Adikmu itu masih kecil" Tutur Ayah

Dion berdecak.

"Yang jenius itu Devan. Yah. Bukan aku. Aku nggak bakat di bidang gitu gitu" ucap Dion

"Gitu gitu ?" Ayah berkerut kening.

"Iya, gitu-gitu" jawab Dion asal.

Tasha menahan tawa. Dion memang lucu dan suka asal. Walaupun dalam hatinya ia tau. Dion sangat iri kepada Devan entah karena apa tapi salah satunya karena Devan jenius dan sangat pintar.

"Eh boncel, ngapain nahan ketawa gitu?" Dion melirik ke arah Tasha.

Tasha melotot heboh.

"Siapa yang boncel.?! Dasar kerempeng"
"Gendut"
"Iih. Aku langsing tauu, dasar burik"
"Jelek"
"Ih. Aku cantiikk. Dasar jomblo"
"..."

Tasha menahan tawa karena Dion kehabisan kata menjawabnya.

"Jomblo itu indah" celetuk Dion.
"Ih . Indah darimananya kemana-mana nggak ada yang merhatiin" jawab Tasha asal.

Bunda tiba-tiba menyela.

"Udah-udah sekarang waktunya makan"

Di atas meja sudah tersedia berbagai macam makanan dan minuman segar.

Tasha menatap Devan yang sedari tadi diam. Devan kini mengambil piring lalu hendak mengambil nasi tapi tiba-tiba dicegah oleh Tasha.

"Tunggu. Biar aku yang ambilin" ujar Tasha ceria.

Ia berdiri dan menghampiri tempat duduk Devan setelah itu mengambil piring dan mengisinya dengan nasi dan lauk kesukaan Devan juga menuangkan segelas jus jeruk.

"Taraaaa... this is it.. " Tasha bergaya seperti chef di acara televisi.

Devan menaikkan sebelah alis lalu tersenyum singkat dan menggelengkan kepala melihat tingkah gadisnya ini.

"Waaaah.. calon istri yang baik" ujar Ayah Devan.

Blush. Pipi Tasha memerah malu.
Saat pandangannya kembali ke arah Devan. Ternyata Devan sudah mengamatinya sedari tadi. Astaga.

BACKSTREET !!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang