Chapter 32

244K 11K 50
                                    

Bel Istirahat baru saja berbunyi sehingga semua murid berbondong-bondong keluar kelas menuju kantin untuk menyembuhkan lapar dan dahaga mereka akan tetapi ada juga yang hanya duduk-duduk bergerombol di taman atau bisa juga pergi ke perpustakaan.

Seperti yang dilakukan Tasha sekarang, ia sedang bersandar di rak buku sembari membuka-buka novel teenlit trilogi yang terkenal yang berjudul Matahari Dan Senja

Sebenarnya ia sudah pernah membaca novel ini bahkan sudah 6 kali dan rupanya ini yang ke 7.

Jangan dikira Tasha sekarang benar-benar fokus membaca karena nyatanya tidak, di pikirannya penuh dengan Devan sekarang.

Tasha menghela nafas, ia masih mengingat dengan jelas sikap Devan pagi tadi.

Ia merasa sedih.

Tak berapa lama terdengar beberapa langkah kaki menghampirinya sepertinya itu Dinda karena dia bilang akan segera kembali dari kantin dan membawa makanan titipan Tasha yang minta dibelikan.

Dan benar memang Dinda. Tapi lagi-lagi diikuti Diko dan Arga.

"Haiii cantiik" sapa Arga sambil mengedipkan sebelah mata genit.

Tasha tetap diam lalu tersenyum tipis dengan kaku karena ketika melihat Arga, entah kenapa ia langsung teringat marahnya Devan sehingga ada perasaan kesal kepada Arga.

Dinda langsung duduk di samping Tasha.

"Mana makanan pesenan gue?" Tanya Tasha langsung.

Dinda tersenyum lalu memberi sekotak bekal makanan.

Tasha berkerut kening karena yang dia minta itu somay pedas tapi kenapa ini.

Dinda menatap Tasha dengan pandangan yang sulit diartikan lalu seperti memberi kode lewat tatapanya.
Oh. Devan.

Dengan tangan bergetar Tasha menerima bekal itu.

Ia memandang sendu Bekal tersebut kemudian memeluk erat.

Bahkan air matanya sepertinya akan mengalir jika saja tidak segera ditahannya karena mustahil tiba-tiba menangis disini.

Kenapa? Kenapa Devan masih peduli padahal dia sudah membuat Devan marah.

"Waduh. Enak juga jadi kotak bekalnya, bisa kamu peluk-peluk" Celetuk Arga usil.
Tasha memandang Arga kemudian mendengus.

"Gu..gue juga pernah liat Tasha makan bekal itu" sambar Diko.

Arga mengerutkan kening.

"Tapi kok dibawa Dinda, nggak langsung aja kamu yang bawa tadi? Kamu juga bilang makanan pesenan?" tanya Arga spontan.

Tasha gelagapan.

"Bekal ini tuh sebenarnya dari ibu kantin yang udah Tasha booking dari kemarin nah mesennya itu pakek bekal" jawab Dinda ngasal.

Diko mengangguk-angguk mengerti.
Sedangkan Arga masih berkerut kening.

"Terus kenapa Tasha liat bekalnya kayak nggak pernah ketemu. Pas ngeliat itu bekal, tatapannya kagum banget. Wah hebat banget Bu Kantin" Celetuk Arga.

Dinda tertawa kecil.

"Iya mungkin dia mulai terpesona sama ibu-ibu Kantin" ujar Dinda lalu tertawa diikuti Tasha yang membalasnya dengan tersenyum kecil.

Tasha memandang kotak bekal itu lagi setelah itu membuka tutupnya.

Bau Nasi Goreng Nugget menguar.

Walaupun tetap nasi goreng akan tetapi Tasha selalu merasa senang karena selalu berbeda jenis setiap hari ditambah yang memasaknya adalah orang yang berarti untuknya.

BACKSTREET !!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang