Chapter 35

234K 11.1K 374
                                    

'Brak'

Devan.Chika

Tasha memucat. Tubuhnya membeku. Setetes air mata turun dari pelupuk mata indahnya.

Devan dan juga Chika menoleh ke arah sumber suara.

Devan terbelalak kaget dan langsung berdiri seketika.

Oh tidak. Terlambat, satu air mata mengalir di mata gadisnya.

Ia sudah tahu akan seperti apa akibatnya setelah ini, ia sudah hafal betapa dahsyatnya tingkat kecemburuan dan pikiran negatif Tasha.

Tatapan Tasha linglung dan bingung.

Sedangkan Devan tetap berusaha tenang walaupun dalam hatinya ia ingin sekali memeluk gadisnya ini, menjelaskan semuanya dan menghilangkan segala pikiran negatif di otaknya.

Dibelakang Devan tampak Chika yang  diam-diam tersenyum licik. Ia merasa bahagia melihat betapa rapuhnya Tasha sekarang.

Devan dan Tasha masih saling tatap dengan perasaan yang berbeda.

Devan menatap Tasha dalam dan sedih seakan sudah memprediksi apa yang akan terjadi setelah ini. 

Sedangkan Tasha menatap kosong dan bingung ke arah Devan . matanya berkaca-kaca.

Devan maju selangkah.

Sontak dengan reflek Tasha mundur dua  langkah.

Ekspresi Devan berubah kalut.

Air mata Tasha mengalir deras dan terisak. Ia menutup mulutnya yang semakin lama semakin ingin berteriak  kencang.

Dan.

Berlarilah Tasha. Ia berlari keluar dari rumah Devan.

Sempat sekilas di pintu depan ia melihat Dinda dan Dion yang berdiri terdiam. Ia tidak peduli. Yang ia inginkan adalah berlari berlari dan berlari. Bahkan ia tidak peduli lagi dengan mobil miliknya.

Devan langsung loncat dan berlari kencang keluar menyusul Tasha.

Sedangkan Dinda shock, tatapannya tajam ke arah Chika.

'PLAK'

Tanpa aba-aba Dinda dengan cepat secepat kilat menghampiri Chika dan menamparnya hingga pipinya memerah.

---

Tasha berlari dan terus berlari.

Sandalnya sudah lepas bahkan di biarkan nya di tengah jalan.

Jauh di belakangnya Devan terus berlari mengikuti Tasha yang entah kenapa berlari sangat kencang.

Sepasang sandal yang ia yakin punya Tasha terlihat terdampar di pinggir jalan.

Ia berhenti dan mengambil sandal itu.

"Dia nggak pakai sandal? Astaga" gumam Devan.

Ia hendak melanjutkan berlari akan tetapi berhenti  karena mengingat sudah tertinggal jauh bahkan Tasha sudah tidak terlihat lagi.

"Shit!! Sial.." keluh Devan.

Ia berbalik kemudian tergopoh-gopoh kembali menuju rumah untuk mengambil motornya.

---

Tasha kini sudah berjalan linglung sambil menangis. Penampilannya kacau karena terlalu banyak menangis. Ia juga tidak memakai alas kaki.

Bisakah kalian bayangkan sore hari berjalan kaki di pinggir jalan kompleks tanpa alas kaki, penampilan kacau dan menangis. Tidakkah kalian akan mengira itu orang gila. 

Ia lelah karena menangis dan berlari juga berjalan. Tapi ia tidak peduli. Yang ia fikirkan hanyalah rasa cemburunya melihat Devan duduk berdua bersama Chika diam-diam  di rumahnya ketika dirinya dan Devan bertengkar dan yang lebih menyakitkan adalah melihat Devan tertawa tapi bukan karenanya.

Air mata turun deras lagi.

'Kamu jahat, kamu selingkuh. Jahat'

Tatapan mata Tasha kosong dan sedih.

Beberapa orang yang berada di pinggir jalan atau di toko toko melihat ke arahnya. Ia tahu bahwa sudah pasti dirinya jadi pusat tontonan.

Untung saja ini kompleks.

Benar kan, betapa dashyatnya Tasha ketika terluka hatinya.

Tasha akhirnya berhenti di taman karena sudah tidak kuat lagi menahan tangis kencangnya.

Ia memilih sembunyi di bawah pohon rindang yang tertutupi semak-semak. Di depannya terdapat jalan yang dilewatinya tadi. Ia memilih bersembunyi disini karena biarpun ia tidak terlihat tapi ia masih bisa mengintip.

Tasha duduk memeluk lututnya lalu menangis lagi ketika mengingat kejadian tadi dan mengingat betapa cocoknya Chika dan Devan. Bukan dirinya.

"Hikz, dia bilangnya sibuk  tapi ternyata bohong. Kamu bohong. Aku benci kamu. Hikz. Benci. Hikz" 

Tasha menangis lagi.

'Pluk'

Tiba-tiba kalung cincin bertuliskan Devan Denatario Putra tanpa sengaja jatuh di kakinya.

Ia mengambil kalung cincin tersebut dan emosinya jadi tidak stabil ketika melihat tulisan nama Devan tertera.

Akhirnya ia melempar kalung itu ke jalan.

'Kling'

Bunyi kalung cincin itu jatuh di pinggir jalan yang jaraknya 15 meter dari tempatnya bersembunyi.

Ia bisa melihat dengan jelas tulisan Devan Denatario Putra di kalung cincin yang tergeletak tak berdaya di jalan. Jauh dari genggamannya. Lepas.

Apa yang dipikirannya kini, apa yang membuatnya begitu tega membuang kalung cincin tunangan penuh rasa kasih itu.

Itulah betapa labilnya Tasha.

Tasha terisak semakin terisak, ketika di menit berikutnya ia menyadari bodohnya dia yang membuang kalung cincin itu, karena ia selalu menganggap sebagian jiwa Devan berada disana bersama cintanya.

Ketika hendak mengambil.

Tiba-tiba sebuah motor berhenti.

Diurungkannya niatnya seketika.

Tasha hendak mengintip ingin tahu siapa pengendara itu. Apa dia menemukan kalung itu lalu inisiatif berhenti dan mencurinya. Tidak. Tidak boleh.

Tasha akhirnya mengintip lewat celah semak-semak. Ia melihat dengan seksama pengendara itu yang sudah turun dan berjongkok mengambil kalung cincin itu.

Oh Astaga.

Tidak!!.

Devan.

Pengendara itu Devan.

TBC

Oh Astaga Tidak.

JENG JEEENGG ..

Ini pendek bangatz.
Author buntu ide. #klontang

Ini author ngerjain sambil dengerin lagu galau. Jadinya ini cerita berasa kayak nonton sinetron yang selalu ada backsound 'JENG JENGGG' .bhaks. 😅

Besok di lanjut lagi oke.

Bye . mmmuach. 😍

BACKSTREET !!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang