Chapter 37

244K 11.7K 118
                                    

Can you feel me

When I think about you?
With every breath I take
Every minute
No matter what I do

My world is an empty place
Like I've been wandering the desert
For a thousand days (oh)
Don't know if it's a mirage
But I always see your face, baby

I'm missing you so much
Can't help it, I'm in love
A day without you is like a year without rain
I need you by my side
Don't know how I'll survive
A day without you is like a year without rain ooh whoa~

The stars are burning
I hear your voice in my mind (voice in my mind)
Can't you hear me calling?
My heart is yearning
Like the ocean that's running dry
Catch me, I'm falling

It's like the ground is crumbling underneath my feet
Won't you save me?
There's gonna be a monsoon when you get back to me, oh, baby

*So let this drought come to an end
And make this desert flower again
I need you here
I can't explain
But a day without you
Is like a year without rain~

Selena Gomez - A Year Without Rain

---

Aku teramat merindukanmu
Tak bisa kutahan bahwa aku mencintaimu
Sehari tanpamu serasa setahun tanpa turun hujan
Kubutuh kau di sisiku
Tak tahu bagaimana aku kan bertahan
Sehari tanpamu serasa setahun tanpa turun hujan

'Tidak, tidak sampai sehari.

Satu jam saja aku sudah merindukanmu. Sangat. '

Tasha melamun. Ia duduk meringkuk memeluk lututnya sambil duduk di samping jendela kaca balkon rumahnya.

Di telinganya sudah terpasang earphone.

Lagu dari Selena gomes yang berjudul A Year Without Rain mengalun di telinganya.

Ia berulang kali mendengarkan lagu ini.

Ia ingin menangis tapi sudah lelah menangis.

Ia tahu Devan masih di depan kamarnya. Seperti biasa duduk di lantai di depan pintu kamarnya yang tertutup.

Setelah lama akhirnya dia mengantuk kemudian memutuskan untuk tidur.

Ia melepas earphonenya dan beranjak ke kasur untuk tidur.

---

Di tengah malam ini tiba-tiba Tasha yang sedang tertidur lelap akhirnya terbangun karena ia merasa sangat haus.

Tasha memutuskan keluar untuk menuju dapur.

Ia membuka pintu.

Sontak ia terkaget dan langsung ingat bahwa Devan belum pulang.

Ia berbaring di depan pintu kamarnya.

Tasha merasa sesak dihatinya ketika melihat Devan seperti ini.

Tasha jongkok kemudian membelai rambut Devan dan pipi Devan dengan perasaan sedih.

Air matanya mengalir.

Tiba-tiba Devan membuka matanya perlahan dan langsung bangkit seketika ketika melihat Tasha.

"Hai , akhirnya kamu keluar juga.. "

"Hei, jangan nangis" Devan merasakan sakit yang sangat melihat Tasha seperti ini.

Masih tiada jawaban dari Tasha.

"Cha.. Tolong, aku ingin bicara sama kamu. Aku mau jelasin semuanya" ujar Devan pelan dan memohon .

Tasha menggelengkan kepalanya sambil terisak.

"Cha.. Please" bisik Devan penuh kesakitan.

Air mata Tasha semakin deras.

"Cha.. Sebelum semua terlambat"

Disela-sela tangisan, kening Tasha berkerut.

"Maksud kamu?" bisik Tasha parau.

"Aku ada tugas dari ayah untuk presentasi di rapat lusa selama 2 minggu"

Tasha berkerut kening. Dimana letak terlambatnya.

"Dan rapat itu dilaksanakan di Jerman"

Tasha memucat.

"Ap.. Apaa?! Kenapa kamu nggak bilang dari kemarin soal ini ?" Ujar Tasha menahan emosi.

"Aku nunggu waktu yang tepat" jawab Devan.

"Terus!! Kamu bilang ini tepat ?! Kamu nyakitin hati aku terus kamu mau ninggalin aku gitu aja" ujar Tasha tidak dapat membendung emosinya.

Devan mendekat hendak merengkuh Tasha kedalam pelukannya namun ditepisnya oleh Tasha.

"Hey, aku nggak pernah ada niat sedikitpun buat nyakitin kamu. Aku bahkan  rela kehilangan nyawaku demi kamu" ujar Devan penuh ketulusan yang membuat Tasha semakin menangis.

Tasha menggeleng kuat.

"Jangan bilang begitu. Hikz" Lirih Tasha sedikit melemah.

Devan menghela nafas.

"Kamu tahu aku cinta kamu?"

Tasha mengangguk sambil terisak.

"Kamu tahu kan aku sangaat sayang kamu?"

Tasha mengangguk lagi.

"'Dan satu lagi jangan pernah berhenti membutuhkanku. Tolong" mohon Devan lagi.

Mereka saling diam . saling menatap penuh kasih.

"Aku Marah benci sama kamu, tapi aku juga sayang dan cinta sama kamu. Sangat. Aku kesel. Cemburu. Aku semakin kesel sama kamu karena kamu mau ninggalin aku" Tasha mulai menangis lagi.

"Maaf, aku tidak akan lama, hanya 2 minggu. Satu lagi, aku tidak pernah berfikir sedikitpun untuk menduakanmu karena aku sangat mencintaimu" bisik Devan menatap Tasha dalam.

Tasha lagi-lagi hanya diam.

Ia tiba-tiba bangkit berdiri.

"Kamu. Pulanglah" Pintah Tasha seketika.

Devan sontak menjadi kalut karena ternyata Tasha tidak ingin membahas tentang peristiwa tadi lebih lama.

"Selamat , akhirnya kamu bisa ikut presentasi di jerman. Hati-hati ya. Jaga kesehatan . istirahat yang cukup. Jangan sakit. Biarpun kamu berbohong dan tidak bilang padaku dulu tapi aku akan tetap mendoakanmu supaya selamat. Pergilah. Doakan aku juga supaya bisa hidup baik-baik saja tanpamu besok dan  nanti" ujar Tasha parau lalu masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Devan yang lagi-lagi terpaku.

TBC

Author disuruh ortu tidur. Beuh diomelin . jadi aku tbc in aja ya nanti aku lanjutin . author lagi galau.

BACKSTREET !!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang