Chapter 45

241K 10.8K 361
                                    

Seorang gadis duduk di sofa markas rahasianya yang tidak semua orang pun tahu keberadaan markas itu.

Markas itu tersembunyi di belakang sekolah tepatnya di belakang gudang yang sepi.

"Good, bagus juga kerjaan loe. Berkat loe rencana gue berjalan dengan mulus" ujar gadis itu licik.

Sedangkan laki-laki di depannya gusar.

"Ini udah keterlaluan, loe udah keterlaluan gilanya sampai bawa-bawa narkoba. Loe tau kan itu bahaya" gumamnya pelan sambil mengerutkan kening.

"Hah!! Gue tahu dan sangatlah tahu. Ini juga bagus buat loe dengan begini loe bisa deketin Si Tasha itu di masa-masa rapuhnya dia" ujar gadis itu tenang.

"Bukan itu yang gue maksud!!! Dia bisa dipenjara!!" bentak laki-laki.

"Terus apa masalah guee?!" jawab gadis itu ikut membentak.

Tak lama gadis itu mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang yang sanggup untuk menjalankan rencana selanjutnya.

Gadis itu tersenyum licik kemudian menempelkan ponsel ke telinga tanda sudah akan terhubung.

"Tut"

"Tut"

"Tut"

"Hallo, iya Pak. Bagus komisinya akan saya kirim ke Bapak. Jadi cepat laksanakan" ujar gadis itu kemudian menutup panggilannya.

"Sialan Loe CHIKA!!!" geram laki-laki itu sambil merampas ponselnya.

Gadis yang ternyata Chika itu berdecak.

"Cih. Jangan sok marah-marah gini, tadi loe mau-mau aja gue suruh. Apa? Khilaf? Dasar Dion bodoh" ucap Chika santai dan licik kemudian berlalu pergi tak lupa merebut kembali ponsel miliknya.

Meninggalkan Dion yang masih terdiam frustasi.

-----

'Tok.. Tok..tok'

"Sayang, bangun nak. Diluar sudah ada Dokter yang akan periksa kamu"

Terdengar suara Mama dari luar kamar Tasha.

Sedangkan Tasha sendiri masih tertidur nyenyak.

Tasha menggeliat kemudian perlahan matanya terbuka.

Ia menguap lebar.

Ponsel masih berada di genggamannya. Seketika dia langsung teringat Devan.

Di bukannya ponsel itu tapi nihil. Tidak ada pesan bahkan panggilan dari Devan hanya dari Dinda dan Lina.

Ia memutuskan untuk mengabaikan sebentar pesan dari sahabatnya itu kemudian beranjak untuk mandi.

---

Setelah mandi Tasha langsung ganti baju dan turun ke ruang tamu untuk menemui Dokter itu.

Ia hanya bisa berdoa agar diberikan yang terbaik untuknya.

Setelah sudah sampai di ruang tamu, ia melihat seorang pria setengah baya lengkap dengan jas putihnya tanda menunjukkan dia memang dokter.

Dokter itu berdiri dan tersenyum kepadanya. Dia mengulurkan tangan kepada Tasha untuk mengajak salaman. Dengan penuh kehormatan, Tasha membalas salaman itu.

Mama yang ikut duduk disana terus tersenyum ramah kepada sang dokter.

"Baik lah kita mulai saja ya karena hari sudah akan semakin sore" ujar Dokter itu.

"Sebelum itu saya memiliki alat uji narkoba dan itu sudah resmi. Tapi saya minta nak Tasha bisa buang air kecil sebentar lalu saya minta sample urinnya dan masukkan ke tabung kecil ini" sahut Pak Dokter lagi sambil mengulurkan tabung kecil.

BACKSTREET !!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang