Chapter 17

261K 12.9K 342
                                    

"Udah selesai ketawanya hmm.. udah siap sayang?"

Tasha berbalik dan melongo.

"IIh. Nggak usah pakek nganter!! Aku berangkat sendiri aja" cetus Tasha.

Devan hanya menaikkan sebelah alisnya.

Sedangkan Tasha langsung pergi meninggalkannya menuju tempat dimana mobilnya terparkir.

"Cha.. hey.. siniin kunci mobilnya biar aku yang nganter kamu" ucap Devan sambil mengikuti langkah besar Tasha.

"Nggak usah!! Pergi sana aku masih marah sama kamu, nggak mau liat kamu, benci sama kamu" ungkap Tasha masih meneruskan langkah terkadang menghentakkan kaki kesal.

Devan berlari mendahuluinya dan berhenti tepat di depan Tasha. Otomatis Tasha berhenti mendadak.

"Minggir.. " gerutu Tasha pelan diiringi muka cemberutnya.

Devan menghela nafas lelah.

"Kunci mobil?" Tanya Devan singkat sambil mengulurkan tangan.

Tasha malah menyembunyikan kuncinya dibalik punggung.

"Cha.."

Tasha menggeleng pelan dan  menunduk.

"Cha.. aku yang nganter kamu.. oke" ucap Devan menenangkan.

"Enggak!!! Aku kan udah bilang enggak!! Sana pergi.. biarin aku sendiri" bentak Tasha

Devan memejamkan mata frustasi. 

"Oke, terserah!!!" Cetus Devan singkat lalu beralih meninggalkan Tasha yang membeku.

Tasha menatap nanar punggung Devan yang berjalan menjauhinya.

---

Di lokasi pemotretan

Sore ini Tasha sedang di make up dengan terburu karena pemotretan sebentar lagi dimulai.

Tasha mengenakan dress putih, di atas kepalanya terdapat mahkota bunga.

"Yaa, ayo mulai pemotretan" seru Fotografer

Tasha berdiri tak lupa sang penata rias yang masih mengikutinya untuk membenarkan dressnya yang sedikit berantakan hingga akhirnya ia siap melalui proses pemotretan ini dengan baik walau tampaknya suasana hatinya sedikit kacau.

--

Waktu sudah menunjukan pukul 17.15 WIB.

Tasha berada dalam mobil hendak menuju perjalanan pulang. Ia menyetir sambil melamun memikirkan Devan yang tadi sedang marah dengannya.

"Apa gue keterlaluan ya" gumam Tasha lalu tak lama ia menggeleng tegas " enggak, dia memang ngeselin"

Tasha mencoba fokus ke jalan tetapi tetap menggerutu kesal.

"Dia emang ngeselin, io ngeselin, ngeselin, aku benci, benci, benci" gerutu Tasha sembari menahan tangis.

Tasha sesekali melirik ke arah ponselnya yang berada di dashboard.

"Bahkan nggak sms, nggak nelpon, minta maaf kek.." gumam Tasha sebal.

Tiba-tiba air matanya mengalir deras sehingga ia menyetir sambil menangis karena ia sebenarnya takut dengan Devan ketika marah. Devan biasanya jarang sekali marah dengannya kecuali kalau dia sedang bandel atau tidak disiplin.

Tak lama ia sudah sampai di depan rumah lalu memarkirkan mobilnya di garasi.

Terburu-buru ia membuka pintu dan langsung berlari lalu naik ke atas menuju kamarnya.

BACKSTREET !!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang