Part 4

98 43 8
                                    

Sinar yang kini nampak jelas berwarna oranye di sebelah barat, benar-benar memanjakan mata semua orang yang melihatnya. Empat serangkaian itu kini sedang menikmati senja yang perlahan menghampiri mereka.

Dengan duduk di atas mobil yang dilatar belakangi tumbuhan ilalang berdinding langit senja, ditambah terpaan angin yang menerbangkan helaian rambut mereka, membuat sebuah objek foto yang indah. Jepretan kamera pun tak henti-hentinya berbunyi.

"Sungguh ini saat-saat yang gue tunggu!" Ucap Marsya yang tengah menikmati terpaan angin yang membelai wajahnya.

Senja benar-benar datang. Cahaya oranye kini mulai menghilang. Bergantilah warna langit menjadi biru keunguan. Terpaan angin yang awalnya dapat dinikmati kini mulai dihindari karena terasa dinginnya menusuk kulit. Kayu-kayu mulai dikumpulkan dan disusun untuk bisa dijadikan sebagai api unggun. Api unggun seperti matahari yang dirasa dapat menghangatkan tubuh.

"Adel mainkan gitarnya!" Ujar Geeta.

Alunan melodi yang terdengar dari petikan senar gitar yang dihasilkan membuat hati dan pikiran ikut mengalir bersama alunan itu.

I'm only one call away
I'll be there to save the day
Superman got nothing on me
I'm only one call away

One call away - Charlie Puth

Mereka berkumpul dan duduk berdampingan dihadapan api unggun, langit bertaburkan bintang menjadi pelengkap dan saksi bahwa mereka bersama.

Pak Yayat ikut menikmati alunan melodi yang dibuat di malam itu. Sambil membakar jagung Pak Yayat terlihat mengikuti alunan dengan tubuhnya yang bergerak seirama.

"Ya ampun Pak Yayat jangan malu-maluin deh!" Kata Adel yang disambung dengan gelak tawa ketiga sahabatnya.

"Lucu ya Pak Yayat! Gak ngangka ternyata dia bisa juga nari!" Celetuk Geeta.

"Ya bisa dong non, kan saya dulu mantan penari tradisional!"

"Multitalent ya del, supir lo ini!"

Alunan melodi masih saja berlanjut dengan irama yang berbeda. Keseruan mereka bernyanyi, menari sambil mengelilingi api unggun tak bisa digantikan dengan keseruan lainnya. Sampai rasa kantuk mereka datang, mereka masih saja asyik dengan apa yang sedang mereka lakukan. Saat mereka benar-benar lelah, mereka kembali duduk.

Tangan Adel masih bermain dengan senar gitar. Petikan halus yang dia buat semakin lama semakin mengantarkan ketiga sahabatnya ke alam bawah sadar dan menemui mimpinya. Sambil bernyanyi pelan, Adel berusaha menidurkan mereka.

Ditemani angin malam
Aku mengingat dirimu
Apa yang pernah memberi
Jingga di dalam hatiku

Sampai habis waktu - Utopia

Kantuk kini membuat mereka tertidur pulas di dalam tenda. Selimut tebal yang dibawa dari rumah kini sudah menyelimuti tubuh mereka.

Mereka selalu bersama, namun mereka berbeda. Tak selamanya yang selalu bersama akan selalu sama. Perbedaan bukan hal buruk dalam kebersamaan. Namun perbedaanlah yang dapat membuat kebersamaan semakin terasa.

***

Kesegaran udara yang mereka hirup seolah menjadi penyeru agar mereka harus beraktivitas.

Dingin. Namun liburan mereka tak akan berarti jika takut akan udara dingin itu. Lantas sekarang mereka sedang menikmati angin pagi yang begitu menusuk kulit.

Adel, Geeta dan Marsya sedang berlomba-lomba menyusul satu sama lain, menggoes pedal sepeda yang mereka tumpangi.

"Hiiiihhh... dingin!!" Teriak Geeta.
"Melawan dingin itu seru!!" Sahut Marsya.
"Lalu bagaimana caranya menghadapi sikap dingin seseorang?" Tanya Geeta.

Cinta dalam PersegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang