Part 16

79 23 1
                                    

Jam kini menunjukkan pukul 19.00
Terlihat Elina, Adel, dan Marsya yang baru keluar dari sekolah. Berbeda dengan Geeta yang sudah pulang sore tadi.

"Eh biasa ya tungguin gue sampe yang jemput dateng" kata Marsya.

Semenjak tinggal bersama ayahnya, Marsya selalu diantar jemput. Arah pulang yang kini berlawanan arah dengan teman-temannya itu sedikit mengganggu dirinya. Bagaimana tidak, setiap pulang pasti saling menunggu, saling mengantar jika ingin berkunjung dulu ke warung untuk jajan, pedagang kaki lima pun sering mereka singgahi, sampai-sampai penjualnya dapat mengenali mereka dengan baik. Tertawa bersama saat membicarakan hal-hal lucu, ngomongin cowok. Pastinya semua itu sangat Marsya rindukan.

"Sya bukannya lo bilang, ayah lo itu lagi ke Bogor?" Ingat Adel.
"Terus lo nunggu siapa? Ada yang bakal jemput lo? Siapa?" Lanjut Adel dengan alisnya yang berkerut.

Mereka sudah tau bahwa Marsya telah bertemu ayah kandungnya.

"Iyah,, ayah lagi ke Bogor"

"Terus?" Tanya Elina.

"Bakal ada yang jemput?" Tanya ulang Adel.
"Iya, tuh dia!" Kata Marsya dengan pandangan yang kini teralihkan ke jalan raya.

"Itu kan Daniel?!" Seru Elina.

"Daniel..?" Lirih Adel pelan bahkan lebih pelan dari suara nafasnya.

Lensa mata Adel terpenuhi dengan gambar Daniel yang sedang tersenyum lebar. Berbeda dengan hatinya yang menciut dan berusaha mengeluarkan Daniel dari dalamnya.

"Hati-hati ya sya! Daniel lo jangan kenceng-kencengnya jalanin motornya!" Ujar Elina, Daniel kemudian mengangguk kekeh.

Saat melihat Adel yang terlihat bagaikan patung, Elina kemudian menyikutnya pelan.

"Eh iya Sya, hati-hati ya!" Kata Adel yang masih terkejut tak percaya.

Tak lama motor itu melaju dengan kecepatan sedang. Meninggalkan Elina dan Adel yang masih dengan ketidak percayaannya, yang terlihat kini hanyalah lambaian tangan Marsya.

"Daniel kayaknya suka deh sama si Marsya! Iya gak sih del??" Ucap Elina dengan pikiran yang kini mulai melayang memikirkan Marsya dan Daniel jika bersama.

"Bener apa kata lo El, tapi itu sakit buat gue.." batin Adel.

"El, itu angkotnya!" Kata Adel mengalihkan pembicaraan.

***

Dua puluh menit sudah mereka di perjalanan. Jarak yang cukup jauh menjadi alasannya. Selain itu macet menghadang mereka untuk cepat-cepat sampai ke rumah.

"Daniel cepetan dong! Gue ngantuk nih! Angin malam bikin gue pengen cepet nilep mata aja!" Daniel tertawa mendengarnya.

"Tidur aja!"
"Lo pikir di mobil, maen tidur-tidur aja! Kalo gue kejengkang gimana?"
"Kalo lo kejengkang ya lo jatoh!"
"Terus lo biarin gue jatoh?"
"Kenapa engga, lo juga ga peduli waktu gue jatoh!"
"Hah?! Kapan gue ga peduli? lagian gue juga ga pernah liat lo jatoh tuh!"
"Ntar gue kasih tau kapan gue jatoh dan lo ga peduli"
"Ngarang lo!"

Daniel tertawa geli saat percakapan itu berlangsung.

Kini terasa sudah oleh Daniel ada yang menyandar tepat pada punggungnya.

Ya, Marsya telah tertidur dengan kepala yang menyandar pada punggung Daniel.

"Sya.. ayo turun" kata Daniel pelan.
"Sya.."

"Mmm.. udah sampe ya!" Dengan mata yang setengah terbuka, Marsya turun dan mulai melangkahkan kakinya.

"Loh kok dia ga kaget ya?" Tanya Daniel pada dirinya sendiri.

Cinta dalam PersegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang