Banyak hal-hal baru dan tak terduga yang terkandung dalam indahnya ciptaan Tuhan. Gunung. Salah satu karunia alam yang mengagumkan.
Alam yang asri nan indah dipandang, ditambah warna hijau yang mendominasi. Belum lagi para penghuni yang jarang ditemukan di ibu kota.
Hal itu pula yang memacu adrenalin para penjelajah. Mereka rela menempuh perjalanan yang jauh, untuk melihat hal yang berbeda pada setiap gunung.
Suara gesekan dedaunan sering kali terdengar saat mereka melintasi rumput-rumput liar. Gilang bahkan beberapa kali terdengar mengeluh karena daun-daun yang runcing menusuk kulitnya, walau tertutupi jaket.
"Geeta, gue mau nanya sama lo. Gimana kabar perjodohan ko itu?" Tanya Elina saat mereka berjalan bersisihan.
Orang yang ditanya hanya bisa menghembuskan nafasnya berat, kemudian menoleh ke samping kirinya.
"Gue udah nyoba buat ngomong baik-baik sama orangtua gue, tapi ga ngerubah apapun. Gue ngerti kalau mereka mau balas budi, tapi ga ngorbanin masa depan gue juga. Gue masih pengen nikmatin masa muda, El.." Jelasnya dengan nada lelah yang ia utarakan.
"Lo yang sabar ya. Gue yakin, ada cara lain selain jodohin lo sama Abang Ucok itu.." Tutur Elina disertai seyuman menenangkan. Walau Elina yakin, Geeta tak merasa baikan.
Geeta juga hanya bisa mengangguk mengiyakan.
"Siapa Abang Ucok?" Sosor Gilang yang sedang berjalan di depan mereka. Ia menengok sebentar lalu fokus kembali pada jalanan.
Sementara Daniel dan Indra hanya berjalan dalam diam.
"Itu, cowok yang dijodohin sama si Geeta.." Jawab Elina.
"Ohh. Manggilnya aja 'Abang' pasti lebih tua and gantengan gue lah pasti!" Seru Gilang.Geeta memukul punggung Gilang keras.
"Aw! Sakit! Lo kenapa sih?"
Gilang berhenti berjalan membuat yang lain juga mau tak mau ikutan berhenti. Lalu ia menghadap ke belakang, lebih tepatnya pada Geeta. Sementara tangan kanannya ia gunakan untuk mengelus-ngelus tempat pukulan tadi.
"Lo yang kenapa? Ga usah sok kegantengan deh jadi orang. Walaupun dia udah cukup berumur, tapi yang pasti dia lebih dewasa daripada lo.." Balas Geeta sinis.
"Wajar dong kalau gitu. Gue kan masih anak sekolahan, bukan bapak-bapak. Satu hal yang pasti, gue emang ganteng.."
"Bodo amat!"
"Menurut gue, kalau lo ga mau dijodohin, lo harus bawa pacar lo ke rumah. Atau engga, lo minta jeda waktu biar lo bisa semakin dekat sama orang yang dijodohin sama lo.." Saran Gilang panjang lebar.
"Gue ga butuh saran dari lo! Dan yang harus lo inget, lo itu bukan siapa-siapa gue. Lo ga berhak ngatur hidup gue.." Ucap Geeta dengan penuh penekanan dalam setiap kata yang ia ucapkan.
Belum lagi jari telunjuknya yang sesekali menunjuk Gilang.
Elina, Indra, dan Daniel mengernyit bingung. Sementara yang ditunjuk malah diam.
Untuk sesaat Gilang berpikir bahwa apa yang dikatakan Geeta itu ada benarnya juga. Ia bukan siapa-siapanya, lalu mengapa ia harus peduli?
"Justru karena gue bukan siapa-siapa, gue cuma bisa ngasih lo saran. Karena gue, ga bisa lakuin apapun buat bantu lo.." Balas Gilang tak kalah.
"Udahlah! Dari awal gue ketemu sama lo, tingkah lo ga ada yang bener. Yuk, Elina kita pergi!" Kata Geeta diakhiri menarik lengan Elina menjauh dari tempat Gilang dan Daniel berdiri.
Elina yang sempat bingung kini menarik lengannya pelan dari cengkraman Geeta.
"Menurut gue lo udah keterlaluan tadi. Gilang cuma mau ngasih lo saran dan lo-" ucapannya bahkan dipotong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dalam Persegi
RandomPerasaan cinta tulus terpaksa harus terhalang oleh kehadiran cinta lain, membentuk susunan cinta dalam sebuah persegi. Untuk bisa keluar dari dalam persegi itu, mereka harus bekerja ekstra dalam membaca perasaan orang lain. Bahkan harus mengorbankan...