Bahagia itu sederhana, nikmati saja apa yang ada dalam hidupmu. Jangan banyak mengeluh karena sesuatu yang kamu inginkan engga bisa kamu dapatkan. Lihatlah apa yang lebih kamu butuhkan yang bukan hanya sekedar keinginan.
Sebagai makhluk sosial sudah jelas kita membutuhkan teman.
Teman ataupun sahabat yang selalu menemani kita dikala suka dan duka.Sama halnya dengan Langit, Alwan, Daniel, Gilang, Indra, Adel, Elina, Marsya, Geeta, dan Vena. Mereka adalah sahabat.
Saat mereka mendaki akan lebih terasa persahabatannya, mereka saling menguasai ego mereka masing-masing. Kerjasama mereka demi meraih puncak. Seringnya mendaki juga dapat melatih kekomopakan. Sulit diawal namun indah di akhir.
Awal pertemuan mereka yang mungkin terasa biasa saja, namun saat di akhir kebersamaan mereka pasti akan terasa sangat menyedihkan.
Kebersamaan yang mereka bangun. Kekompakan yang terjalin. Hubungan indah yang tak akan ada gantinya.
Sekarang mereka akan berpisah demi mendapatkan kado masa depan terindah. Mereka akan sangat sibuk dengan aktivitas mereka kedepannya sebagai mahasiswa. Mahasiswa dari kampus yang mereka inginkan.
Langit yang akan pergi ke LA, Elina yang akan berkuliah di Yogyakarta, Marsya yang akan pergi ke Jakarta.
Sudah jelas, bahwa mereka akan jarang bersama.
Walau begitu, kenangan akan terus hidup di hati dan pikiran mereka masing-masing.
Hari ini adalah hari terakhir mereka di pulau Tidung. Kali terakhir mereka pergi bersama, sebelum mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing.
"Gilang, Geeta gue nyewa sepedanya bareng kalian ya, jadi yang jok nya ada tiga.." Celetuk Adel saat mereka sedang berada di tempat sewa sepeda.
"Elina, lo bareng gue yaa" Ujar Langit.
"Gue ga bisa naik sepeda.." lirih Elina sangat pelan.
"Apa? Seriusan?"
"Iya" Elina mengangguk lalu setelahnya dia menunduk malu.
"Ya udah kita sewa yang boncengan aja ya, biar lo gue bonceng." Sekilas nampak raut bahagia di wajah Elina.
Alwan yang saat itu sedang melipat tangannya, terus memperhatikan sepeda mana yang akan disewanya.
"Kalau gue sendirian, gue ga mau ikutan main sepeda." Kata Alwan.
"Lah, kenapa ga sama Adel aja bang." Sambung Indra yang tengah mencoba menaiki sepeda sewaannya.
"Iya Del, kenapa lo ga sama Alwan aja. Jadikan pas berdua- berdua." Tambah Geeta.
"Jadi lo ga mau bertiga sama gue?" Tanya Adel pada Geeta.
"Iya, hehe. Abisnya engga lo engga Alwan pasti ganggu kebersamaan kita, iya kan Gilang?" Ujar Geeta disertai cengiran kudanya.
Gilang mengangguk menabahi perkataan Geeta.
"Ya udah." Kata Adel pasrah.
"Ya udah apa?" Tanya Gilang.
"Ya udah, gue bareng Alwan."
"Cieee,,, cieee,,, kalo balikan lagi, kasih tau kita ya.." Goda Gilang.
"Lo belom pernah nyoba makan sendal?" Kata Adel seraya melepaskan sandal yang dipakainya.
"Ampun ampun." Gilang dan Geeta kemudian menaiki sepeda yang di sewanya.
Berbeda dengan yang lain, mereka menertawai ulah konyol Gilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dalam Persegi
RandomPerasaan cinta tulus terpaksa harus terhalang oleh kehadiran cinta lain, membentuk susunan cinta dalam sebuah persegi. Untuk bisa keluar dari dalam persegi itu, mereka harus bekerja ekstra dalam membaca perasaan orang lain. Bahkan harus mengorbankan...