Part 14

62 29 0
                                    

"Elina!!!!" Teriak Geeta terkejut saat melihat Elina yang terperosok lebih dalam karena tangannya sudah tak sanggup berpegangan.

Tangisan Adel kembali pecah. Sedangkan Marsya duduk melemah bersandar pada kaki Adel.

Indra dan Gilang turun ke dasar jurang, sedangkan Daniel dan Alwan berjaga di atas dan bersiap untuk menarik tambang yang nanti akan dikaitkan pada tubuh Elina dan Langit.

"Del, lo harus tenang! Percaya sama gue, mereka pasti baik-baik aja" Alwan berusaha menenangkan Adel yang kini menangis tersedu-sedu.

"Gue ga bisa liat darah, tapi tangan Elina ngeluarin banyak darah, dan Langit... gue belum liat dia, gimana gue bisa tenang Al" Bantah Adel.

"Lo tau lilin? Api yang ada di atasnya panas tapi tenang kalo ga ada angin, sama kaya lo.. lo bakal bisa tenang selama lo ga mikir hal yang buruk" Ucap Alwan dengan menunjukkan senyumannya.

Adel melirik Alwan sebentar. Perlahan menghentikan tangisnya.

"Nah gitu dong, baru cantik" Godanya, namun hanya dibalas delikkan mata oleh Adel.

Jauh di dalam hatinya, Adel merasa senang. Sepertinya dia sudah mulai membuka hatinya untuk Alwan.

"Tarik!!" Teriak seseorang di bawah sana.
Ditariklah tambang itu dengan kuat.
"Satu, dua, tiga..!! Lebih kencang Al!" Teriak Daniel.

Adel dan Geeta ikut menarik tambangnya. Sedangkan Marsya masih duduk lemas.

Tenaga terbuang sudah namun tidak sia-sia. Elina dan Langit berhasil diselamatkan. Dengan kondisi keduanya yang sangat lemah.

"Kita obatin dulu seadanya, besok gue panggil temen gue ke sini!" Kata Adel kekeh sambil mencoba menghentikan pendarahan di tangannya Elina.

"Balut lagi del! Kainnya kurang banyak!" Kata Geeta.

"Buat apa lo panggil temen lo ke sini?!" Tanya Daniel sinis.
"Menurut lo?" Tanya balik Geeta yang ikut memanas.
"Dia pinter kalo nanganin kaya ginian! Lagian kalo mau ke rumah sakit ga ada kendaraan, bus yang kita pesen bakal dateng lusa siang! Jangan kita libatin orang tua disini, toh lukanya masih luka luar" Jawab Adel.

"Elina, Langit kalo ada yang kerasa nyeri bilang ya, biar aku pijit" Ucap Geeta yang mulai memijit badan Langit terlebih dahulu.

"Daniel, lebih baik lo temenin Marsya!" Perintah Adel dengan berat hati.

"Del.." lirih Elina pelan.
"Iya, el? Lo butuh sesuatu?"
"Cek keadaan Marsya, gue takut dia kena shock" Pinta Elina.
"Iya iya gue bakal cek, tapi setelah gue selesai obatin lo"

Dibalutlah kedua telapak tangan Elina dengan kain. Membantu penyumbatan darah yang keluar.

Bagian tubuh yang kotor dibasuh menggunakan lap basah, setelah itu keduanya diberikan kompresan air hangat.

"Geeta buat air hangat untuk diminum jangan lupa ambil obat pereda nyerinya, sekarang Get!" Perintah Adel yang langsung Geeta lakukan.

Setelah semuanya terasa lebih baik, Adel meminta Geeta menjaga tenda dan Adel pergi menemui Marsya di luar.

"Sya, lo gapapa kan?" Tanya Adel seraya duduk di samping Marsya.

Marsya tak menjawab, malah seseorang di samping kiri Marsya yang menjawab.
"Dia masih shock del, dari tadi dia ga ngomong, gue ajak masuk ke tenda aja ga mau"

Adel pergi ke tenda untuk mengambil obat penenang dan memberikannya pada Daniel.

"Pastiin dia minum obatnya, gue pusing mau tidur" kata Adel.
"Ohya, kalo dia udah tenang dan tidur, bawa masuk tenda kasih selimut yang tebel, jangan biarin tangan sama kakinya dingin!" Lanjut Adel.

Cinta dalam PersegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang