Part 5

80 41 6
                                    

Mereka semua sudah sampai di sebuah bukit yang paling tinggi di sana. Dengan nafas yang masih tersenggal-senggal mereka menikmati udara dan pemandangan yang ada di sana, namun ada sebagian dari mereka yang duduk beristirahat.

"Sekarang kalian bebas mau kemana, nanti jam 4 sore harus udah kumpul lagi disini!" Ujar Daniel, bagaikan seorang pemimpin yang memberitahu teman-temannya.

"Geeta, kita kesana yuk!" Ajak Adel pada Geeta dan lupa akan kehadiran Elina diantara mereka.

Geeta dan Adel pergi ke arah barat, sedangkan Elina masih duduk istirahat dan bersandar pada salah satu sisi dari pohon besar. Sambil mengatur pengaturan kameranya, dia bernyanyi pelan.

Telah habis sudah cinta ini
Tak lagi tersisa untuk dunia
Karena telah ku habiskan
Sisa cintaku hanya untukmu

Surat Cinta Untuk Starla - Virgoun

Suara kecil namun merdu itu menarik perhatian sepasang telinga yang mendengarnya. Sepasang mata pun kemudian mencari dimana sumber suara itu, siapakah yang mengeluarkan suara itu?

Sepasang mata yang terlihat tegas dan mampu menusuk setiap objek yang dipandanginya. Sepasang mata yang jarang ditemui namun mampu membuat sesuatu yang dipandanginya dapat merasakan sesuatu yang jarang dirasa.

Sepasang mata itu menelusuri setiap objek yang dipandanginya. Berharap menemukan si sumber suara itu.

Elina yang saat itu mengetahui bahwa dirinya ditinggal oleh kedua sahabatnya, menarik nafas dalam-dalam dan tanpa disadari angin yang berhembus pelan dapat membuatnya terjatuh ke alam bawah sadar.

Ada sepasang mata yang telah tenggelam.
Namun ada pula sepasang mata yang sibuk mencari sesuatu yang ingin dipandanginya.

"Kamera siapa itu?" Tanya Langit saat melihat sebuah kamera dslr yang tergeletak tepat di belakangnya.

Diambilah sebuah kamera itu oleh Langit, tanpa melihat ke balik pohon yang sedang dia sandari.

Ketika Langit akan membuka foto-foto yang berada di dalam kamera itu. Elina bangun dan menyadari bahwa kameranya hilang.

"Kameranya?! Ya Tuhan, dimana kameranya? Perasaan tadi..." Ucap Elina panik dan kemudian terhenti saat menemui seorang laki-laki sedang memegangi kameranya.

"Maling! Maling!" Saat Elina berteriak panik, lelaki itu menarik tangannya dan membuat Elina menjadi duduk di dekat lelaki itu.

"Lo kan.. Langit!" Kata Elina yang baru menyadari bahwa lelaki itu adalah Langit temannya Daniel.

Jarak antara wajah mereka yang kurang lebih satu jengkal itu membuat jantung Elina berdetak lebih cepat dari biasanya. Darah yang berada dalam tubuh Elina seakan semua berkumpul pada wajahnya dan membuat wajahnya semerah tomat.

Ditatap lekat sepasang mata tegas itu oleh Elina. Tanpa takut Elina terus saja menatapnya. Begitupun dengan Langit, dia juga memandang Elina dengan tatapan yang terasa dingin dan begitu menusuk.

Tatapan mereka berakhir saat deheman Langit terdengar.

"Ekhmmmmm"
"Masih percaya kalo gue maling?!" Tanya Langit dengan menaikkan sebelah alisnya yang hitam itu.

Elina mengalihkan pandangannya, tak berani menatap Langit lagi.

"Sorry! Gue gak tau kalau itu lo! Gue kira lo emang beneran maling!"

Cinta dalam PersegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang