Part 12

63 31 0
                                    

Hujan.
Langit nampaknya tak mau melihat Marsya memperlihatkan air matanya pada orang lain. Air yang turun bahkan lebih deras dari air matanya.

Hanya keheningan kini yang menemani Marsya yang sedang menunggu ketiga temannya itu untuk pulang bersama.
Dia tak lagi menangis, hanya merenung.

"Marsya?" Sapa Elina pelan-pelan.

Tak ada reaksi.

Adel menyentuh bahu Marsya.

"Jangan ngelamun gitu!" Kata Adel.
"Eh? Gue ga ngelamun kok!" Jawabnya dengan senyum yang sedikit dipaksakan.

"Sabar ya, Marsya. Kita ada disamping lo kok.." ucao Geeta.
"Gue baik-baik aja. Kok kalian aneh, sih?"
"Lo bahkan ga mau mengakui? Gue tahu, gue liat lo sama Raka ditaman belakang tadi pagi.." ucap Elina.

Tubuh Marsya sedikit menegang. Dia bahkan lupa soal Elina yang sering mengunjungi taman belakang itu.

Elina sering menemani salah satu teman lelaki sekelasnya, Ramdhan. Ramdhan yang sekedar tidur disana, selalu meminta ditemani Elina.

Awalnya mereka kira Elina dan Ramdhan menjalin hubungan, namun ternyata tidak. Elina hanya mendengarkan lagu atau sekedar membaca buku, selagi Ramdhan tidur.

Elina juga tak punya perasaan apapun. Toh Ramdhan juga sudah punya pacar. Rumit ya kisah Elina?

Oke, back to topic.

Elina yang kebetulan sedang menemani Ramdhan tidur, mendengar semua percakapan Raka dan Marsya dibalik pohon. Ia segera menceritakan semuanya pada teman-temannya.

Setelah mendengar itu, Marsya menundukkan kepalanya dan mulai terisak.

"Sakit, El. Hati gue sakit.."lirihnya pelan.

Ketiga temannya hanya bisa memeluk Marsya dan menenangkannya.

"Kan masih ada Daniel, sya.." celoteh Geeta ditengah keheningan.

Adel yang mendengar ucapan Geeta, tiba-tiba membeku.

"Apasih?"
"Lo ga peka. Jelas-jelas Daniel suka sama lo. Dia perhatian sama lo, Marsya.." tutur Geeta.

"Engga ah, biasa aja. Masa Daniel suka sama gue.." jawab Marsya.

Nampak rona merah menghiasi pipinya. Dia salah tingkah.

Adel hanya tersenyum.

***

POV Adel

Layar ponsel yang menyala disertai getaran tak mampu membuyarkan lamunan Adel saat itu.

Bayangan tentang Daniel. Senyumannya yang manis. Perkataannya yang bijak. Sikapnya yang dewasa. Semua mengambil alih pikiran Adel.

"Kak Adel, ga akan di angkat tuh telfonnya?" Ujar Yogi sepupu Adel.

"Ya" Kata Adel lemas seraya menggerakkan tangannya untuk meraih ponsel yang sedaritadi menyala.

Diletakanlah ponsel itu tepat pada telinga sebelah kanannya.

"Halo del!" Ucap seseorang yang berada di ujung telfon sana.

"Hmm....Ada apa El?" Balas Adel langsung mengenali suara si penelfon.

"Del, soal hiking minggu ini gimana? Jadi kan? Banyak yang nanyain ke gue tapi gue sendiri juga belum tau, oya katanya tadi Daniel sempet nelfon lo dan ga lo angkat, Gilang juga sms lo, kok lo ga nge respond mereka? Del.. Del.. Lo kenapa? Del lo masih di situ kan? Halo.." Kata Elina yang merasakan hilangnya sosok Adel di sebrang sana.

Cinta dalam PersegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang