Part 29

49 19 0
                                    

'Kita memang memandang langit yang sama, tapi tidak dengan langkah yang kita ambil. Gue yang melangkah ke arah lo. Sedangkan lo berbalik arah menjauh dari gue'

****

Senja sebentar lagi akan menunjukkan keindahannya. Angin semakin bertiup kencang. Kebersamaan mereka akan semakin lengkap jika bisa menikmatinya bersama.

Terlihat banyak burung yang terbang menuju sarangnya, adapula kelelawar yang mulai keluar dari sarangnya. Waktu silih berganti, saat dijalani terasa lama berbeda ketika sedang mengingat, semuanya terasa sangat cepat.

Para wanita kini sedang berada di dalam tenda. Tidak ada candaan memang di antara mereka, pembicaraan mereka cukup serius, selain mengenai sekolah mereka masing-masing ya mereka membahas perguruan tinggi. Namun pembicaraan itu kini berbelok ke arah Ridwan sepupu Vena.

"Ridwan satu sekolah sama lo?" Tanya Marsya pada Vena.

Vena mengangguk yakin. "Yap"

"Anak IPA ya?" Tanya kembali Marsya.

Lagi-lagi Vena yang sedang merapikan beberapa bajunya itu dibuatnya mengangguk. "Iya"

"Lo sama dia itu mirip banget. Sama-sama suka ngobatin orang" Celetuk Geeta.

"Kita tuh ga mirip. Denger ya, dia itu pinter banget.. jauh deh sama gue. Cuma impian kita aja yang sama, pengen jadi dokter" Ucap Vena setengah berbisik.

"Semoga kesampaian ya.. amin" Tambah Marsya.

"Ohya. Selain jadi dokter dia juga berencana ingin jadi sarjana hukum. Dia tuh anak orang kaya, ayahnya punya penginapan di deket kraton jogja. Beda sama gue, gue pindah ke sini juga karena ada tawaran dari ayahnya Ridwan. Beliau yang nanggung biaya sekolah gue di sini. Kalo abis pulang sekolah Ridwan ga pernah pergi kemana-mana. Bisa dibilang sih anak rumahan tapi ga jarang juga tuh buat main keluar sama temen-temennya, main layangan, mancing-"

"Tunggu, tunggu.." Potong Geeta, membuat semua menengok ke arahnya.

"Loh kenapa?" Tanya Vena.

Geeta tersenyum lebar. "Engga.. gue cuma mau ngebenerin posisi gue aja biar enak denger ceritanya."

Dalam beberapa detik mereka tertawa lalu setelahnya kembali mendengarkan Vena.

"Di kamarnya aja ya, penuh sama buku. Dan bukunya itu pada tebel. Buku tentang anatomi, lingkungan, organ, pokoknya yang berhubungan sama dokter. Buku tentang hukum juga ga kalah banyak. Buku keagamaan yang berkaitan sama kesehatan plus hukum juga dia punya. Satu minggunya ya, dia bisa beli dua buku. Dan ga jarang buku yang udah dia baca di baca ulang sama dia. Gila ga" Tutur Vena panjang lebar, semua yang mendengarnya dibuat tercengang.

"Dia itu kurang suka film dan cerita fiksi kaya novel gitu. Dia bilang buat apa buang-buang waktu untuk hal yang ga nyata. Wajar aja sih,, sampai sekarang dia masih jomblo. Banyak cewek yang ngedeketin juga karena kepinteran dia." Vena tak berhenti berkata-kata.

"Wihhh keren banget ya dia, cocok tuh jadi-" Ujar Geeta dengan memelankan kata terakhirnya.

"Cocok jadi apa Get?" Tanya Adel reflex, Geeta hanya menggeleng pelan tapi wajahnya terus saja menunjukkan senyuman yang entah apa artinya.

Saat sebuah kepala menyembul di antara resleting tenda, mereka yang sedang berbincang merasa sangat terkejut.

Geeta dan Adel berteriak kencang. "Aaaaaa"

"Gue timpuk ya kepala lo!" Geram Geeta.

"Sorry" Kata Gilang.

"Gue cuma mau ngasih tau, sore jam tiga an kita turun"

Cinta dalam PersegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang