43

37 14 1
                                    

Ruang UGD di salah satu rumah sakit swasta dipenuhi banyak perawat yang mulai memberikan pertolongan pertamanya.

Elina yang tak sadarkan diri terlihat sangat mengkhawatirkan dengan luka-luka di lengannya itu.

Marsya menangis sambil memeluk Adel. Begitupun Geeta yang kini sedang dalam rangkulan Gilang.

"Sya, lo gapapa?" Daniel menghampiri Marsya.

Tangannya memegang bahu Marsya pelan. Namun Marsya tak menggubrisnya. Melainkan sibuk dengan tangisannya.

Adel melirik Daniel sebentar sebelum akhirnya menyuruh Marsya untuk duduk.

Setelah menunggu beberapa lama. Dokter keluar, dan memberitahukan bahwa Elina baik-baik saja. Dia akan sadar setelah pengaruh obat bius hilang.

"Nenek lampir nya nyebelin banget sih! Ga punya perasaan. Kayaknya udah ga waras tu orang. Pengen gue ceburin ke sumur tau ga!" Rutuk Geeta.

"Udahlah Get, lagian tu nenek lampir udah dilaporin ke polisi." Ujar Gilang.

Geeta masih kekeh dengan rutukannya. Berbeda dengan Langit yang mematung menyandar di ambang pintu.

Malam nanti Elina akan dipindahkan ke ruang inap.

"Jangan terlalu dipikirin." Langit mendapatkan tepukan halus di pundaknya dari Alwan.

"Gimana ga dipikirin, gue ngerasa ga enak sama Elina. Karena gue, semua jadi kaya gini." Langit mengehela nafas lelah.

"Jangan nyalahin diri lo sendiri, kalau ada orang lain yang menjadi dalang dari masalah ini." Alwan ikut bersandar di ambang pintu dan berhadapan dengan Langit.

"Langit!" Adel berlali kecil menghampiri Langit.

Langit melihat Adel yang tengah berlari kecil itu. Nafasnya yang memburu terlihat jelas sekali dari raut wajah dan pergerakan dadanya.

"Iya?" Langit bertanya maksud Adel memanggilnya.

Adel masih mengatur nafasnya yang terasa sesak.

"Lo, Daniel, sama Geeta diminta buat ke kantor polisi sebagai saksi."

"Harus gue?"

"Menurut lo?"

Dengan wajah juteknya Langit berjalan melewati Adel.

Adel mendelik sebal akan tingkah Langit. 'Nyebelin banget sih.'

Sekilas Adel melihat Alwan yang tersenyum miring ke arahnya.
Merasa ada yang aneh, Adel langsung melemparkan pertanyaan pada Alwan.

"Kenapa?" Alis Adel berkerut.

Dengan cepat Alwan menggeleng dan menyembunyikan tawanya.

****

"Gue benci sama lo, Ven!" Langit meninggikan suaranya, sementara Vena merasa sangat ketakutan.

Polisi yang berada di antara mereka pun tak bisa menghentikan Langit untuk tidak berteriak.

Bahkan saking emosinya, Langit sempat menggebrak meja dengan kencang dan menjatuhkan beberapa benda yang ada di sekitarnya. Daniel juga ikut menenangkan Langit. Berbeda dengan Geeta yang merasa ketakutan, sama seperti apa yang dirasakan Vena.

"Gue fikir, dengan adanya perhatian lo, gue perlahan bisa lupain Elina. Nyatanya apa?! Ternyata lo yang bikin gue jauh sama Elina." Lagi-lagi Langit membentak Vena.

Vena yang menunduk dan sesekali melihat ke manik mata Langit terus mengeluarkan air matanya. Betapa hancur perasaannya sekarang. Seseorang yang telah diperjuangkannya. Seseorang yang sangat dicintainya. Seseorang yang sangat dipercayainya itu kini membentaknya di depan banyak orang.

Cinta dalam PersegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang