Cinta itu buta. Saking butanya, orang yang sedang jatuh cinta bahkan tak mengenal yang namanya resiko. Resiko akan tersakiti.
Kau berani menutup mata demi mendapatkan balasan cinta yang setimpal. Namun, tak semua yang kau perjuangkan berakhir sesuai dengan yang kau inginkan. Tak jarang pula yang memaksakan kehendak.
Setelah semua orang pergi, Gilang masuk ke dalam ruangan dan menutup pintu ruangan yang Adel tempati beberapa hari ini.
Kedua perempuan di hadapannya hanya terisak dalam keheningannya masing-masing. Nampaknya Gilang juga tak tahu harus melakukan apa saat berada dalam kondisi seperti ini. Jadilah dia hanya diam menunggu seseorang berbicara.
Adel kembali duduk dan bersandar pada ranjang, setelah beberapa saat mematung. Dirinya kembali dilanda rasa lelah.
"Gue minta maaf, Geet." Hanya itu yang mampu ia ucapkan.
Perempuan yang diajak bicara itu kini tengah menata emosinya untuk kembali tenang atas semua keterkejutan yang ia alami sepanjang hari ini. Ia mendongak dan tersenyum tipis.
"It's Okay. Lagian nasi udah jadi bubur. Walaupun pada kenyataannya lo udah keterlaluan banget, sih. Tapi ga papa, gue juga mungkin bakalan ngelakuin hal yang sama kalau ada diposisi lo..." Hibur Geeta.
"Bodoh ya gue. Saking bodohnya, gue ga bisa berfikir jernih. Gue dengan tega mencelakai sahabat gue sendiri. Walaupun gue ga terlibat secara langsung.. Dan gue baru menyadari semua itu akhir-akhir ini.." Lirih Adel. Matanya menerawang kosong.
"Geeta bener, Del. Gue tahu benar gimana sakitnya melihat orang yang lo cintai bersana yang lain. Engga ada hal yang salah dalam mencintai. Karena rasa itu tumbuh dengan sendirinya, tanpa bisa kita cegah. Masalah mereka menerima cinta kita atau tidak, itu urusan lain.." Ujar Gilang yang untuk pertama kali berbicara se-puitis itu.
Ucapannya yang terdengar sangat dalam itu akan membuat terbang melayang bagi para wanita. Namun tidak dalam kondisi seperti ini. Walaupun mereka cukup terkejut akan ucapan Gilang, mereka hanya diam.
"Berhenti mencari cara yang sempurna untuk dicintai kembali, lebih baik mempersiapkan diri agar pantas untuk dicintai..." Lanjut Gilang.
Untuk sejenak, lelaki itu bangga pada dirinya sendiri bisa berkata seperti itu.
"Kok berasa nyindir gue ya?" Tanya Geeta setelah mendapatkan kembali ketenangannya.
Adel berhasil dibuat tertawa oleh kedua orang ini. Disisi lain, Gilang tak menyangka bisa mengusik perempuan itu.
"Lo juga seharusnya belajar menatap sekeliling lo dan belajar untuk membuka hati, buat seseorang yang berusaha ngebuat lo bahagia, Geetaku sayang.." Ujar Adel penuh penekanan.
Setelahnya, Adel baru menyadari apa yang ia ucapkan. Bukankah itu harusnya ditujukan pada dirinya sendiri?
Yang dibicarakan hanya melongo tak mengerti.
"Apaan, sih?"
Untuk sesaat, mereka mampu melupakan apa yang telah terjadi.
****
Elina terus melangkahkan kaki kecilnya itu menembus keramaian penghuni rumah sakit. Terus menerus menundukkan kepalanya, berharap bisa menutupi kepedihan hatinya.
Hingga seseorang menabraknya dari arah berlawanan. Lebih tepatnya, dia yang menabrak orang itu. Segera perempuan berambut setengah bahu itu menyeka air mata yang keluar dan mendongak menatap orang yang ditabraknya.
Seorang lelaki tampan berkacamata yang terlihat seumuran dengannya kini bertemu pandang dengannya.
"Maaf, saya tidak sengaja menabrak Anda.." Ucap Elina sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dalam Persegi
RandomPerasaan cinta tulus terpaksa harus terhalang oleh kehadiran cinta lain, membentuk susunan cinta dalam sebuah persegi. Untuk bisa keluar dari dalam persegi itu, mereka harus bekerja ekstra dalam membaca perasaan orang lain. Bahkan harus mengorbankan...