Part 11

72 31 1
                                    

"Aku slalu bermimpi tentang indah hari tua bersamamu,, tetap cantik rambut panjangmu meskipun nanti tak hitam lagi" Suara yang tak terlalu indah itu keluar begitu saja dari bibir Geeta, mengusir keheningan yang menyelimutinya sedaritadi.

Siang itu tepatnya di taman belakang panti asuhan cinta sejati, Geeta masih menunggu ketiga temannya yang sudah berjanji akan datang siang ini untuk mengadakan kegiatan sosialisasi.

Sudah dari satu tahun yang lalu, Geeta, Adel, Elina, dan Marsya setiap bulannya selalu mengadakan sosialisasi di panti asuhan. Mereka begitu peduli pada anak-anak, terlihat dari perlakuan mereka terhadap anak-anak yang begitu manis.

Dengan syal merah yang melingkar tepat di lehernya, Geeta masih anteng menunggu.

Selain bernyanyi untuk mengusir hening dan rasa bosan, Geeta juga membuat gelang dari manik-manik yang ia bawa dari rumah.

Satu buah gelang yang cantik hampir selesai, namun semuanya kembali berceceran saat Marsya datang dengan mengejutkan Geeta.

"Geeta!" Panggil Marsya dengan satu hentakan.

"Marsyaaa.." Rasanya sama seperti naik histeria, kurang lebih itu yang Geeta rasakan saat gelang yang hampir jadi terjatuh sampai manik-manik yang telah disusunnya berceceran ke tanah.

"Maafin, gue ga tau lo lagi buat itu" Ucap Marsya lembut seraya duduk di samping Geeta.

Saat suasana antara Marsya dan Geeta membeku, Elina dan Adel baru menunjukkan batang hidungnya.

Terlihat dari kejauhan Adel terus saja menunjukkan sesuatu di balik bibirnya. Dia cungar cengir gak jelas. Sementara Elina yang berjalan di depannya, masih saja melipat rapat-rapat bibirnya. Bahkan sekarang terlihat sedikit dicondongkan kedepan. Kenapa ya?

"Kenapa El?" Tanya Marsya dengan kening yang dikerutkan. Nampak sudah wajah lucunya saat sedang kepo.

Tanpa memperdulikan Marsya yang menunggu jawabannya. Elina langsung saja duduk dengan tangan yang sekarang terlipat di depan dadanya.

"Kenapa del?" Tanya Marsya sambil melirik Elina sebentar, sebagai kode untuk menunjukkan objek yang ia ingin tanyai.

"Rok nya si El, kena permen karet waktu duduk di angkot.. permen karet warna kuning lagi dan kayanya baru deh, maksudnya belum dimakan-" jawab Adel namun terpotong karena deheman Elina.

"Nah sekarang warnanya agak kucel, kesannya kaya sesuatu yang harus disiram kalo muncul ke permukaan wc" lanjut Adel.

"Ihh jijik, ngapain sih ngomongin itu! Btw mendingan masuk ke dalem" Sambung Geeta seraya bangkit dari tempat duduknya.

"Kenapa tu orang?!" Tanya Adel setelah mendapati reaksi Geeta yang tak seperti biasanya.

"Ntar gue ceritain" jawab Marsya.

"El! Lo ga mau masuk?!" Teriak Adel yang baru menyadari bahwa Elina masih berada di posisi awal kedatangannya kemari, duduk manis di kursi dengan wajah pahit tak memperlihatkan senyumannya.

Membantu membersihkan panti asuhan, bermain bersama anak panti, belajar bersama anak panti, melakukan hal bersama yang tentunya mengasyikan.

"Terimakasih ya neng, sudah mau menyempatkan waktunya ke sini, bikin hiburan buat anak-anak panti" Ujar Bu Tiwi, pemilik panti.

"Iya bu sama sama, kami juga senang bisa membantu" kata Adel diikuti dengan anggukan ketiga temannya.

***

"Langit!!" Panggil seseorang dengan suara cukup lantang.

Sang pemilik nama kemudian berlari menuju seseorang yang telah memanggilnya.

Cinta dalam PersegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang