Masih dengan kondisi dimana Marsya memecahkan hiasan yang ada di ruangan Pak Yusuf.
"Marsya! Lo,, euhhh!" Gerutu Elina dengan menunjukkan wajah kesalnya.
Marsya yang memecahkan hiasan itu kini tertunduk malu dan ketakutan.
"Maafin.." Ucapnya dengan nada lembut.
"Lo mah ceroboh!" Kata Adel.
"KALIAN!! Baru saja urusannya selesai, sekarang sudah membuat ulah lagi!" Teriak Pak Yusuf kesal seraya menyimpan tangan di pinggangnya.
"Maaf pak.. saya beneran ga sengaja. Maaf pak. Maaf.." ucap Marsya penuh permohonan.
"Sudahlah!"Pak Yusuf memijat pelipisnya pelan.
"Saya jadi semakin pusing karena kalian. Cepat bereskan pecahan itu!""Iya pak. Sekali lagi maafkan saya.."
"Bukan cuma itu, kamu harus ganti hiasan itu. Besok pagi saya harus lihat ada hiasan itu lagi disini!" Perintahnya."Baik pak!" Ujar Marsya.
"Kita ijin ke kelas ya pak.." kata Adel.
"Iya."Mereka keluar dari ruangan itu. Terkecuali Marsya. Dia harus membereskan kekacauan yang ia buat tadi.
Marsya meminta Adel dan Elina untuk ke kelas duluan. Marsya tidak ingin mereka membantu dirinya.****
"Gimana dong? Gue harus ganti barang Pak Yusuf, tapi gue juga mau ikut ke rumah Geeta.." keluh Marsya.
Marsya bersandar pasrah pada tembok disampingnya, dia bingung.
"Lo mending cari barang Pak Yusuf dulu deh! Kita berdua aja yang ke rumah Geeta, ga papa kali tenang aja!" Ujar Elina menenangkan.
"Tapi gue ga enak, El!" Seru Marsya.
"Kalau lo ke rumah Geeta, kapan lo nyari barang itu? Nanti ga keburu, kan besok harus ada.."Marsya tertunduk pasrah. Dia sudah tidak punya pilihan lain.
"Ya udah, gue minta maaf ga bisa nemenin kalian. Bilangin maaf gue juga ya buat Geeta.""Pasti! Ya udah, ayo El keburu sore!" Ajak Adel.
"Duluan ya Marsya!" Seru Elina.******
POV MarsyaAku terus merutuki diriku bodoh. Akibat kecerobohanku tadi, aku harus merelakan waktu berhargaku untuk mencari hiasan yang ada di ruangan Pak Yusuf yang tadi aku pecahkan.
Itu kenapa hiasan pake ada disana? Jadinya kesenggol kan, dasar!
"Hiasan kayak apa ya? Terserah gue aja kali ya.." gumamku.
Aku memasuki sebuah toko yang mengoleksi berbagai furniture rumah. Banyak sekali furniture disini, dan semuanya memiliki ciri khas masing-masing.
Setelah bergelut cukup lama dengan pikiranku sendiri, jatuhlah pilihanku pada sebuah vas bunga bercorak bunga yang indah.
Tak sengaja aku melirik jam dinding disana, sudah jam 5 ternyata. Selama itukah aku disini?
*********
POV AuthorAdel dan Elina baru saja sampai didepan rumah Geeta. Lantas mereka masuk kedalam.
"Permisi, Geetaaaa????" Seru Elina.
Tak ada yang membuka pintu.
"Geeta?" Seru Adel juga karena tak kunjung ada yang membuka pintu.
"Kok sepi ya? Geeta sama keluarganya pada kemana, sih?" Tanya Elina mungkin pada dirinya sendiri.
Mereka memutuskan untuk pergi karena tak kunjung ada jawaban.
"Lo dimana Geeta? Kita khawatir.." ujar Adel lemah.
"Kita pulang aja dulu ya, besok kita kesini lagi kalau emang ga ada kabar lagi.."
"Tapi gue khawatir, El.."
"Iya gue tau, gue juga khawatir del. Tapi kita bisa apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dalam Persegi
RandomPerasaan cinta tulus terpaksa harus terhalang oleh kehadiran cinta lain, membentuk susunan cinta dalam sebuah persegi. Untuk bisa keluar dari dalam persegi itu, mereka harus bekerja ekstra dalam membaca perasaan orang lain. Bahkan harus mengorbankan...