35

42 16 1
                                    

Masih di rumah sakit. Kondisi Alif kini mulai membaik. Namun para tamu terus berdatangan. Mulai dari keluarga, teman Alif di ponpes, sampai teman-temannya Elina juga datang. Terkecuali Adel yang saat itu tak datang.

Keluarga Elina memang tak mengusut jauh soal ini. Mereka menganggapnya hanya sebuah kecelakaan. Namun bukan berarti mereka melupakannya, justru mereka akan jauh lebih berhati-hati lagi. Jika ini terulang, barulah mereka akan menindaklanjutinya ke pihak yang berwajib.

"Geeta gak ke sini?" Tanya Gilang.

"Geeta udah satu hari dua malam di sini, dia gue suruh pulang" Jawab Elina yang matanya terlihat masih sembab.

Gilang membulatkan mulutnya.
"Oh"

"Kenapa, kangen?" Celetuk Daniel yang berada di sebelah Marsya.

"Engga juga"

"Udahlah lupain dia. Ngga berfaedah juga lo cinta sama dia" Celetuk Alwan.

"Jangan ngatur gue. Gue tau gue spesial buat dia. Jadi gue ga bakalan lupain dia. Gue bakal tetep di samping dia." Kata Gilang serius namun tetap membuat semua tertawa.

"Hahahahaha,, cie kak Gilang" Celoteh Alif ikut-ikutan.

"Tunggu-tunggu. Lo bilang apa?" Tanya Alwan yang meminta Gilang mengulangi perkataannya sekalipun Alwan sudah tau apa yang Gilang katakan.

"Lupa.." Ucap polos Gilang yang kembali membuat tawa pecah.

"Setahu gue lo tuh sering dikacangin Lang, tapi barusan lo bilang lo itu spesial? Martabak kali ah"

"Hayoloh Gilang" Tambah Marsya.

Semenjak para lelaki itu datang berkunjung. Tawa selalu hadir. Tak dapat dipungkiri bahwa mereka memang pintar membangun suasana.

Berbeda dengan Langit yang masih diam di pojokkan.

"Langit, sini kali ah! Diem mulu di pojokkan. Emangnya lo colokan.." Celetuk Gilang yang mampu mengukir senyuman di bibir Langit.

"Assalamualaikum" Vena dan Ridwan muncul dari balik pintu.

"Waalaikumsalam" semua serempak menjawab.

Mata Elina berkaca-kaca saat melihat siapa yang datang.

"Elina, gue tau dari Geeta kala-" Kata Vena terpotong.

"Iya gue tau. Geeta yang ngasih tau kalian" Potong Elina.

Saat itu Vena membawa rangkaian bunga lalu menaruhnya di meja samping tempat tidur Alif.

Setelah Vena dan Ridwan hadir di tengah mereka candaan ta berhenti keluar. Kesannya sangat seru.

Berbeda dengan apa yang Elina rasakan. Dia masih memikirkan apa yang telah Vena lakukan pada Marsya sahabatnya.

Kurang lebih satu jam mereka berkunjung. Sampai seorang suster masuk dan mempersilahkan para tamu untuk pulang karena pasien harus melakukan pemeriksaan dan beristirahat.

"Dadah Alif" Celoteh Gilang seraya melambaikan tangannya.

"Kita pulang dulu ya Lif, cepet sembuh" Kata Daniel diiringi seringaiannya.

"Alif, cepet sembuh ya. Emm ini,, kalo ada apa-apa lagi lo bisa kabarin gue. Ini no hp gue" Langit mengasongkan sebuah kertas kecil yang di atasnya terdapat angka-angka.

Alif tersenyum lalu mengambil kertas itu.
"Oke kak, thanks ya!"

Elina hanya terdiam sambil menatap lekat Langit.

"Langit gue mau ngomong sama lo" Elina lalu keluar ruangan diikuti oleh Langit di belakangnya.

"Apa?" Langit bertanya, dahinya juga ikut berkerut.

Cinta dalam PersegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang