Part 18

50 24 3
                                    

Waktu berjalan sebagaimana mestinya. Ini sudah dua bulan sejak pertemuan terakhir mereka.

Hari ini cuaca sedang buruk. Awan di luar sana sedari pagi memasang warna gelap.

Hari ini juga merupakan hari terakhir mereka melaksanakan ujian kenaikan kelas (UKK). Tak terasa ya.

Karena sudah lama tak kumpul bersama, mereka memutuskan untuk bertemu di sebuah cafe di ujung jalan.

Bukan hanya Adel dan kawan-kawan, tapi Langit bersama 'geng'-nya itu juga ikut serta. Sekalian melepas rindu dan melepas penat juga setelah berkutat diantara puluhan soal.

Kali ini para lelaki yang tiba lebih dulu dan segera memesan tempat.
Selang beberapa menit, terlihat sekumpulan gadis mendekati meja mereka.

"Halo semua.." Sapa Geeta sambil tersenyum yang disambut senyuman oleh yang lain.

"Hai Daniel.." Ucap Marsya semangat sambil menghampiri Daniel yang juga sudah menunggu kedatangan kekasihnya ini.

Mereka berdua akhirnya duduk bersebelahan dan berbincang mesra.

Adel memutuskan untuk mengabaikan mereka dan menghempaskan tubuhnya pada kursi disebelah Alwan. Tersenyum sedikit pada Alwan.

Sekali lagi Langit memberanikan dirinya untuk melirik Elina. Mata mereka beradu pandang. Namun segera dihentikan oleh Elina. Nampaknya Elina masih marah sejak pertemuan terakhir mereka dirumah Marsya. Ia bahkan melupakan janjinya.

Sekarangpun, posisi mereka hanya terpisahkan oleh Gilang. Mungkin ia hanya ingin duduk disamping Geeta, namun Langit merasa Elina menghindari dirinya.

Elina sebenarnya tak marah. Ia hanya kesal. Kesal dan marah pada dirinya sendiri yang tak bisa menempatkan dirinya saat itu. Untunglah sekarang tangan Langit sudah terlihat baik-baik saja. Jadi, ia tak perlu khawatir lagi.

"Ehem.. Pacaran mulu! " sindir Gilang pada dua insan itu seolah dunia hanya milik berdua.

Langit memberi kode lewat tatapan matanya pada Marsya. Melihat itu, Marsya hanya tersenyum masam.

"Pada mau pesen apa?" Tanya Adel saat seorang pelayan cafe menghampiri mereka.

"Gue nasi goreng!"
"Pasta!"
"Pasta!"
"Nasi ijo ah"
"Omelet aja.."

"Lo mau pesen apa, El?" Tanya Adel pada Elina sekali lagi. Elina terlihat murung sedari tadi.

"Gue es cream aja deh. Lagi ga laper soalnya.." Jawab Elina dengan senyuman palsu itu.

Adel yang melihat senyum itu sedikit tertegun. Adel sadar itu senyum yang dipaksakan.

Pelayan itu pergi setelah mencatat beberapa pesanan mereka.

"Gimana ujiannya, lancar kan?" Tanya Indra.
"Lo tuh mau nanya ujian, apa nanyain kabar si Vena, huh?" Selidik Alwan dengan sebuah tinjuan kecil pada lengannya.

Yang ditanya hanya cengengesan ga jelas. Sejak kejadian waktu itu, Indra sepertinya mulai menyukai Vena.

"Hahahah. Alhamdulillah, lancar. Akhirnya beres juga ya.." Jawab Marsya.
"Ga kerasa ya udah mau kelas tiga aja.." Timpal Daniel.

Mereka mengangguk setuju.
"Hiking lagi yuk!" Usul Alwan semangat.

"Wahh. Boleh tuh!"
"Iyaa, gue setuju."
"Nanti aja pas libur sekolah, mau kan?" Usul Gilang.

Sekali lagi, mereka mengangguk setuju.

"Tapi gue takut.." Kata Marsya.
"Takut apa, sya?" Tanya Langit penasaran.

Cinta dalam PersegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang