Sayu-sayup suara tawa terdengar dari dalam mobil putih yang baru saja meninggalkan kawasan suatu sekolah. Mobil itu melaju di tengah padatnya lalu lintas Kota Bandung pada sore hari.
"Gue masih inget gimana ekspresi Geeta waktu dilabrak sama pacarnya si Adam. Kaget plus iri karena pacarnya Adam lebih cantik.. Hahahaha.. " Ejek Marsya disertai tawa yang cukup keras.
Semua yang ada dalam mobil tertawa juga mengingat kejadian itu. Mereka sedang dalam perjalanan ke rumah Marsya, untuk merayakan kelulusan mereka hari ini. Rasanya belum lengkap bila hanya merayakan di sekolah saja.
"Dan gue juga masih inget dengan jelas, waktu lo nangis gara-gara di php-in sama Raka... Hahaha.." Timpal Geeta dari kursi depan.
Marsya yang awalnya tertawa langsung memasang wajah cemberut kesal.
Beragam kejadian masa lampau kembali mereka ulas. Tak heran jika mereka terus mengumbar tawa sejak memasuki mobil.
"Gue haus nih, guys. Gue mau mampir dulu ke minimarket di depan.. " Ujar Adel menunjuk minimarket, setelah menghentikan mobil miliknya di pinggir jalan.
"Gue ikut dong. Sekalian mau beli cemilan buat nanti di rumah gue.." Ucap Marsya.
"Boleh, yuk!"
"Jangan lupa beli juga buat gue. Ice cream atau ga coklat boleh kali ya.. " Kata Elina yang diangguki oleh Geeta.
"Iya, bawel.."
Adel dan Marsya keluar dari mobil dan hanya menyisakan Geeta dan Elina disana.
Jalan menuju rumah Marsya atau Elina memang terbilang sepi. Mereka menepi di tempat yang cukup jauh dari tempat minimarket berada.
Tak ada yang ingin membuka percakapan diantara Elina dan Geeta. Geeta yang sibuk dengan handphone miliknya membuat Elina hanya bisa diam memandangi kaca mobil.
Selang beberapa menit, ada seorang wanita yang keluar dari mobil merah yang baru saja berhenti secara kasar di depan mobil putih Adel. Perempuan berbaju serba hitam itu kini berjalan sangat cepat dan dengan emosional, dia membuka pintu mobil Adel.
Elina ditarik secara paksa dan kasar. "Eh? Ini apaan, sih? Kok main narik-narik aja??" Ucap Elina setengah menjerit.
Elina dibawa ke arah depan mobil, dan tak bisa menyembunyikan ekspresi kagetnya. Kenapa wanita ini bisa ada di sini?
"Vena, lo apa-apa, sih? Lepasin tangan gue!" Kata Elina.
Vena menggeram marah dan melepaskan ikatan tangannya kasar.
Melihat sahabatnya yang secara tiba-tiba ditarik paksa keluar dari mobil, Geeta langsung mengikuti mereka.
Plak.
Satu buah kejutan lagi yang Elina terima dari perempuan licik di hadapannya. Elina langsung meraba pipinya yang terasa panas.
"Dasar cewek ga tau diri! Gue udah pernah peringatin lo untuk jauhin Langit dan pergi menjauh dari kehidupan Langit! Tapi lo ga mengindahkan itu semua!!" Bentak Vena penuh emosi.
"Mau lo apa? Elina udah jauhin Langit, dan lo malah nampar dia kaya gini?" Ucap Geeta tak kalah marah. Ia sudah mengambil tempat diantara dua wanita ini.
"Mau gue? Supaya temen lo itu hilang dari muka bumi ini! Karena gara-gara cewek sialan itu, Langit ninggalin gue!" Jawab Vena murka sembari sesekali menunjuk wajah Elina.
Flashback on
"Makasih ya.." Ucap Vena manis.
Lelaki di hadapannya mengangkat kedua alisnya sebagai respon. "Makasih buat apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dalam Persegi
RandomPerasaan cinta tulus terpaksa harus terhalang oleh kehadiran cinta lain, membentuk susunan cinta dalam sebuah persegi. Untuk bisa keluar dari dalam persegi itu, mereka harus bekerja ekstra dalam membaca perasaan orang lain. Bahkan harus mengorbankan...