POV Marsya
"Motornya mogok Sya, gimana dong?"
Aku terkejut bukan main saat mendengar Daniel berkata seperti itu. Jarak yang masih jauh membuatku bergidik ngeri, membayangkan kalau harus pulang dengan jalan kaki.
"Kenapa bisa? Terus gimana dong? Jalan kaki gituh?"
"Ya enggalah Sya, masih ada angkot kok, cuman ya aku ga tau harus naik angkot yang mana"
"Kita ke bengkel dulu yuk!" Ajak Daniel padaku.
"Kenapa kita ga tunggu di bengkel aja, sampe motornya bener?"
"Aku ga mau bikin kamu nunggu, nanti pulangnya kemaleman lagi. Gak enak sama mamah kamu. Lagian belum tentu hari ini beres kan"
Mendengar apa kata Daniel memang ada benernya juga sih.
Setelah mengantarkan motor Daniel ke bengkel. Kami langsung bergerak pulang menaiki angkot.
Memang sih sebelumnya kita bertanya-tanya dulu.Tiga kali naik angkot membuat kita bosan. Sedikit lelah memang naik turun angkot.
"Daniel, dari sini kita jalan aja yo! Udah deket ini" Ajakku pada Daniel.
Setelah turun dari angkot ketiga rasanya aku ingin menggerakkan kaki biar tidak kesal duduk terus. Ya anggap saja hobby ku berjalan. Awalnya dia tak setuju untuk berjalan. Tapi karena dia tak ingin melihat wajah bete ku, jadinya dia mengangguk menyetujuinya.
Belum lima menit kami berjalan, hujan datang mengguyur, yang awalnya hanya gerimis, lama-lama membesar.
Aku menengadahkan wajahku menghadap langit. Langit yang mulai gelap karena matahari sebentar lagi akan tenggelam, kini semakin gelap dengan keberadaan awan mendung di atas bumi. Menikmati air hujan, itu yang ingin aku rasakan sekarang. Namun, sebuah tangan mampu menariku untuk menjauh dari dinginnya air hujan itu.
"Sya, kamu masih mau berdiri di situ? Ayo berteduh"
"Yaah Daniel,, aku kan pengen hujan-hujanan"
Saat kakiku mulai melangkah meninggalkan tempat teduh itu. Daniel kembali menari tanganku.
"Sya!"
Satu kata, namun dapat membuatku menghentikan langkahku dan kembali berdiri di dekatnya.
"Iya, iya.."
Setelah hujan mulai mereda, kita kembali berjalan. Tanggung, jaraknya sudah dekat.
"Yee kita hujan-hujanan" Keadaannya saat itu sedang gerimis. Tapi hatiku bahagia bukan main. Semua itu mampu membuatku melupakan semua masalahku.
"Lo bahagia banget perasaan. Ini kan cuma gerimis"
"Tapi aku bahagia"
Satu tangan Daniel menggenggam tanganku, dan yang satunya lagi berhasil mencubit pipi sebelah kananku. Refleks aku berteriak saat itu. Tepat saat aku berteriak, sebuah mobil putih melintas dan menciptakan cipratan yang mengenai kami.
"Yaah, kotor. Nyebelin banget sih tu mobil"
"Kan nanti mandi" Kata Daniel sembari menghentakkan kakinya dan membuat cipratan baru yang mengenaiku. Dia lalu berlari dengan membawa senyum jahilnya.
"Daniel!"
Beberapa langkah lagi aku sudah bisa mencium bau rumahku.
"Daniel, aku capek tau ngejar kamu. Lagian kamu kan cowok. Larinya lebih cepet. Bukannya mendapatkan kesejukan waktu hujan-hujanan, aku malah kegerahan"
"Maafin dong. Sini biar aku gendong" Sambil merendahkan badannya dariku, Daniel mempersilahkanku untuk naik ke punggungnya.
"Sip deh" Dengan cepat aku naik ke punggung Daniel. Mungkin dia kuat menggendongku sampai rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dalam Persegi
RandomPerasaan cinta tulus terpaksa harus terhalang oleh kehadiran cinta lain, membentuk susunan cinta dalam sebuah persegi. Untuk bisa keluar dari dalam persegi itu, mereka harus bekerja ekstra dalam membaca perasaan orang lain. Bahkan harus mengorbankan...