BAB 19 Asal Usul Menyangkut Geger Persilatan

1.7K 41 1
                                    

Baru saja Han Si-kong akan menyusul di belakangnya, siapa sangka gadis berbaju hijau itu maju ke depan dan menghadang jalan perginya, bahkan tangan kanannya meloloskan pedang yang tersoreng di punggung dan siap siap melancarkan serangan.

"siapa kau?" bentaknya nyaring. "Kau anggap kuil awan hijau ini tempat macam apa, sehingga setiap orang bisa masuk keluar semaunya?"

Berubah paras muka Han si-kong, ia balik menghardik,

" siapa nona, berani amat bersikap kurang jaar kepadaku?"
" Kalau kurang ajar kepadamu, mau apa kau?"
" Kau tahu siapakah aku?"
" Perduli amat siapa kau, pokoknya aku melarang kau masuk kuil ini, mau apa kamu?"

"Hmmm, seorang budak ingusan sore juga berani begini takabur kepada-ku, kurang ajar, Biar aku mewakili ketua kuil awan hijau memberi pelajaran yang setimpal kepadamu"

Waktu itu Lim Han-kim sudah masuk ke dalam kuil, ketika mendengar perselisihan itu tanpa terasa ia berpaling. Melihat dua orang itu siap bertarung, ia jadi serba salah, maka teriaknya keras-keras:

"Locianpwee, memandang wajahku, mohon kau bersabar"

Belum habis ucapan itu diutarakan, tiba-tiba terdengar gadis berbaju hijau itu menghardik,

"Siapa suruh kau turut campur dalam urusanku"

Pedangnya dicabut ke luar dan tanpa membuang waktu langsung ditusukkan ke dada Han si-kong.

Dengan cekatan Han si-kong berkelit ke samping, serunya:

"Dengan kondisiku sekarang, aku tidak leluasa untuk bertarung melawan seorang bocah perempuan macam kau. Biar kejadian hari ini kucatat atas nama gurumu."

sementara beberapa patah kata itu di-ucapkan, secara beruntun gadis berbaju hijau itu telah melancarkan tiga jurus serangan. semua serangan dilancarkan amat ganas dan hebat, memaksa Han si-kong harus mundur sejauh tiga langkah dari posisi semula.

Mimpipun Han si-kong tidak mengira kalau seorang nona kecil berusia empat lima belas tahunan dapat melancarkan serangan pedang dengan jurus seganas dan sehebat itu. Terkejut dan gusar segera bercampur aduk dalam benaknya. ia sadar bila tidak membalas, bisa jadi ia akan terluka oleh serangan pedangnya itu.

Lim Han-kim lebih tersipu-sipu lagi, Dalam keadaan begini ia merasa tak leluasa untuk mencegah, namun dia pun tak bisa berpeluk tangan saja. sementara anak muda itu berada dalam keadaan serba salah, tiba-tiba dari kejauhan sana berkumandang suara bentakan keras:

"Tahan"

Menyusul suara bentakan itu tampak sesosok bayangan manusia meluncur datang dengan kecepatan luar biasa, bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya dalam sekejap mata telah tiba di hadapan beberapa orang itu .

Ketika pedang si nona berbaju hijau itu hampir menusuk dada Han si-kong, tiba-tiba sebuah kipas telah menangkis ancaman itu bahkan mementalkannya hingga mencelat ke belakang.

"saudara Li, tepat sekali kedatanganmu Aku sedang serba salah dibuatnya" seru Lim Han-kim cepat sambil menjura.

Ternyata orang yang barusan muncultak lain adalah Li Bun-yang. Li Bun-yang berpaling memandang Han si­kong sekejap. lalu dengan gusar bentaknya kepada gadis berbaju hijau itu.

"Anak perempuan tak tahu diri, sedikit-­sedikit cabut pedang menyerang orang, Mau apa kau masih berdiri di situ? Cepat mundur"

Melihat paras muka Li Bun-yang telah diliputi hawa amarah dan nampaknya betul- betul sudah naik darah, meski dalam hatinya agak takut namun gadis berbaju hijau itu tak rela dimaki di depan orang, tiba-tiba ia lempar pedangnya ke tanah, lalu sambil menutupi mukanya dengan kedua belah tangan, ia menangis tersedu-sedu.

Pedang Keadilan ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang