BAB 41 Lolos Dari Bahaya Kebakaran

1.8K 33 0
                                    

Ternyata tumpukan kayu bakar di sekeliling tempat itu telah menenggelamkan sama sekali barisan bambu yang terbentuk di situ, bahkan tumpukan kayu bakar itu amat teratur dan rapi sehingga bila dilihat dari luar, siapa pun tak akan menyangka kalau dibalik tumpukan kayu bakar itu masih ada sebuah barisan bambu.

Ketika Lim Han Kim mencoba menghitung tumpukan kayu bakar itu, jumlahnya ternyata mencapai ribuan pikul. ini berarti harus ada ratusan orang yang mengerjakannya dalam semalam untuk menyelesaikantugas tersebut, apa lagi berapa li di sekitar tempat itu tak ada penghuninya.

Tidak diketahui dari mana pemilik bunga bwee bisa mendapatkan kayu bakar sebanyak itu dalam semalam, dari sini bisa disimpulkan bahwa pemilik bunga bwee memang bukan tokoh sembarangan.

Tampak tumpukan kayu itu tiba-tiba bergerak dua orang manusia berbaju hitam munculkan diri seraya berkata:

"silahkan kalian berdua masuk ke dalam barisan melalui pintu ini."

Dandanan dua orang manusia berbaju hitam inipun sangat aneh, kecuali berpakaian serba hitam, wajah pun dikerudungi kain hitam.

Lim Han Kim segera berpikir " Kalau memasuki tumpukan kayu bakar itu bukankah berarti mengantar diri masuk perangkap.?"

sementara dia masih berpikir, Pek Si Hiang telah mengayunkan langkahnya masuk ke balik tumpukan kayu, terpaksa Lim Han Kim mengikuti di belakang tubuhnya,

Di balik tumpukan kayu bakar itu terdapat sebuah jalan setapak yang terbuat dari tonggak kayu, lebarnya hanya tiga depa dan cuma muat untuk dua orang yang berjalan berbareng,

setelah melewati empat lima buah tikungan dan berjalan sejauh enam tujuh kaki sampailah mereka di tepi barisan bambu.

Mendadak Pek Si Hiang menghcntikan langkahnya seraya berkata seolah berbisik "Jalan darah Han locianpwee telah ditotok orang, setelah bebaskan totokannya bawa dia masuk ke dalam barisan. situasi saat ini amat kritis dan berbahaya, setiap saat mereka dapat melepaskan api untuk membakar kita semua, jadi lebih baik jangan bertindak secara sembarangan-"

Lim Han kini segera menoleh ke sisi barisan bambu itu, betul juga tubuh Han si-kong tampak tergeletak di tepi barisan itu dalam keadaan tertotok jalan darahnya, Maka ia segera mengerahkan tenaga dalamnya untuk membebaskan totokan di tubuh orang tua itu.

Han si kong menghembuskan napas panjang sambil membuka matanya, setelah memandang Lim Han Kim lama sekali dengan pandangan termangu, dia gelengkan kepalanya berulang kali sambil mengeluh:

"Yaa... sudah, sudahlah, kali ini aku si monyet tua benar-benar telah dipecundangi orang."

"Locianpwee jangan panik atau gelisah, mari kita masuk ke dalam barisan dulu baru berbicara," ajak Pek Si Hiang, "Hiang-lan dan siok-bwee berdua...."

" Kenapa mereka?" tanya Lim Han Kim terkejut.

"Mereka sudah ditawan orang?" sambung Pek Si Hiang.

"Benar," jawab Han si-kong sambil bangkit berdiri "Mereka telah ditawan dua orang manusia berbaju merah. Aaai... Aku benar-benar tak becus, hanya melindungi kedua orang bocah perempuan itu pun tak mampu."

"Apakah kedua orang itu meninggalkan pesan?" tanya Lim Han Kim gelisah bercampur cemas.

sebelum Han si- kong menjawab, Pek Si Hiang telah menyela: "Kita bicara di dalam barisan saja"

Dengan langkah cepat dia masuk dulu ke dalam barisan, Keadaan barisan bambu itu tetap seperti sedia kala, selain tertutup oleh tumpukan kayu bakar sehingga sukar melihat keadaan di luar, segala sesuatunya masih tetap seperti sedia kala.

Barisan bambu itu berdiripada tanah seluas empat kaki persegi Ternyata anak buah pemilik bunga bwee telah menggunakan kekuatan tali temali untuk membuat sebuah barak seluas empat kaki persegi dalam semalam saja, bahkan tumpukan kayu bakar di sekitar tempat itu begitu tebalnya membuat cahaya matahari sukar menembus masuk.

Pedang Keadilan ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang