BAB 39 Jurus Aneh Menyelamatkan Jiwa

1.6K 41 0
                                    

Baru selesai perkataan itu diutarakan terlihat cahaya api berkilat, dua orang lelaki bertubuh kekar dengan menggotong sebuah tungku api telah berjalan masuk ke dalam ruangan.

Tinggi tungku api itu mencapai dua depa, api yang berkobar kelihatan membara, empat buah cap besi tergarang dalam bara api itu.

Sambil tertawa Pek si- hiang segera bebisik:

"Rupanya pemilik bunga bwee ingin meninggalkan lambang bunga bweenya di atas wajah kita berdua."

Dengan menggenggam pedang Jin-siang-kiam nya lebih kencang Lim Han-kim berpesan:

"Apa bila terjadi pertarungan nanti, kau harus tetap mengintil di belakangku, dengan begitu aku bisa melindungi keselamatanmu...."

Belum selesai perkataan itu dia utarakan, mendadak dari belakang tubuhnya bergema suara seseorang yang dingin menyeramkan :

"Mati hidupmu sendiripun susah diramalkan masih ingin menolong orang lain- he- he.. benar tak tahu diri"

Dengan sigap Lim Han-kim membalikkan tubuhnya, sedang pedang yang berada dalam genggamannya segera menyiapkan gerak jurus "naga sakti menyeberangi samudra" dari ilmu pedang naga sakti

untuk menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan.

Lebih kurang lima enam depa di hadapannya berdiri sesosok bayangan hitam yang tinggi besar. Kecuali sepasang mata-nya, hampir sekujur tubuhnya terbungkus di balik kain berwarna hitam.

Lidah api yang berkobar dalam tungku api itu tampak semakin membara, lidah-tidah api tersebut telah berubah menjadi warna hijau tua yang menyeramkan, apalagi ketika memantul ke atas wajah Pek Si-hiang dan Lim Han-kim, wajah muda mudi ini segera ikut berubah jadi hijau mengerikan hati.

Dua orang lelaki kekar itu telah melepaskan baju bagian atasnya, Di bawah pantulan cahaya hijau, keadaan mereka nampak menggidikkan hati.

Lim Han kim maju selangkah menghadang di hadapan Pek Si-hiang, kemudian tegurnya:

"Apakah kau adalah Pemilik bunga bwee?"

Bayangan hitam yang tinggi langsing itu tidak mengakui, tapi dia pun tidak membantah, malahan balik tegurnya:

"Siapa namamu? Siapa pula gadis itu? Apa hubungan kalian berdua."

"Aku Lim Han-kim...."

"Belum pernah kudengar nama ini, kau baru terjun ke dalam dunia persilatan?" sela orang berbaju hitam itu. Lim Han-kim tertawa dingin.

"He he he... aku hanya seorang prajurit tanpa nama, lebih baik tak usah ditanya lagi...."

sinar mata si orang berbaju hitam yang dingin menyeramkan itu segera beralih ke wajah Pek si- hiang, lalu teg urny a: "Siapa kau? siapa namamu?"

"Aku tak ingin memberitahukan kepada-mu" sahut Pek si- hiang sambil tertawa hambar.

Manusia berbaju hitam itu tertawa dingin:

"Kebanyakan anak buah perguruan bunga bwee adalah orang-orang yang tidak diketahui asal usulnya, kejadian masa lalu memang tidak terlalu penting disini"

"Hei, kau lagi bergumam tentang apa?" tegur Lim Han-kim.

Manusia berbaju hitam yang tinggi langsing itu tidak menggubris teguran anak muda tersebut, ia berkata lebih lanjut:

"Dalam bara api tungku itu tersedia empat buah cap yang sudah membara, Lebih baik kalian ambil dan cap sendiri wajah masing-masing dengan lambang bunga bwee itu.."

"Tidakkah kau merasa bahwa perkataan serta pandanganmu tersebut hanya membuang-buang waktu belaka?"

Manusia berbaju hitam itu menunggu sampai Lim Han- kim menyelesaikan perkataannya, kemudian baru ia melanjutkan :

Pedang Keadilan ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang