BAB 48 Murid yang Durhaka

1.5K 38 1
                                    

Pada saat ini phang Thian-hua sudah menaruh kepercayaan penuh atas perkataan dari ketua Hian-hong- kau, mendengar teguran tersebut segera sahutnya:

"Ucapan kaucu amat tepat, sisa satu jurus ini tak boleh. kulepaskan secara sembarangan."

sementara itu sukma murung berbaju putih telah menghampiri iblis jahat berbaju hijau begitu berhasil lolos dari serangan Phang Tnian-hua, cepat-cepat dia periksa denyut nadi saudaranya itu, ia baru lega setelah merasakan denyut nadinya masih berdetak, hanya saja luka yang dideritanya cukup parah.

Terdengar ketua Hian-hong-kau berkata lagi:

"Jangan kuatir, ketiga orang itu tak bakalan mampus, mereka hanya pingsan karena getaran pukulan penghancur hati milik Phang Thian-hua." semua sifat buas dan liar pada diri sukma murung berbaju putih telan lenyap sudah saat itu, buru-buru dia memberi hormat sambil bertanya:

"Tolong tanya kaucu, bagaimana caranya menyadarkan mereka?"

"Luka yang mereka derita hanya bisa diobati oleh dua orang saja di dunia saat ini, yang satu adalah si Dewa cebol Cu Gi sedang yang lain adalah aku sendiri" sambil mendehem pelan Phang Thian-hua menimbrung:

"Kalau soal obat-obatan dan pertabiban, aku yakin kemampuanku tidak kalah dibandingkan orang lain,"

Ketua Hian-hong-kau segera tertawa.

"Paling baik jika Phang cengcu pun sanggup menolong mereka, sayang sekali untuk menolong mereka dibutuhkan obat-obatan yang amat langka ditambah dengan suatu sistem pengobatan yang unik,..."

sekali lagi Phang Thian-hua mendehem, kali ini dia alihkan pokok pembicaraan kesoal lain, serunya kepada sukma murung berbaju putih:

"Kalau memang kau tak berani menerima pukulanku, berarti dalam taruhan ini akulah dipihak pemenang bukan?"

Melihat sampai di sini kembali Hongpo Lan berbisik kepada Li Bun-yang dengan suara lirih:

"saudara Li, sebenarnya apa yang telah terjadi?"

"Tampaknya ketua Hian-hong-kau memang pantas menjadi pimpinan para jago" kata Li Bun- yang sambil tertawa, "Kalau dugaanku tidak keliru, penyakitnya tentu terletak pada saat bertepuk tangan sebagai tanda setuju dengan taruhan tadi."

Bagaikan baru sadar dari impian Hongpo Lan berseru keras:

"Betul-betul hebat, betul-betul hebat, kecuali itu memang tiada yang patut dicurigai."

Teriakan yang sangat keras ini segera memancing perhatian para jago untuk berpaling ke arahnya.

satu ingatan dengan cepat melintas dalam benak Li Bun-yang, ia ikut berseru lantang:

" Kalau memang sukma murung berbaju putih tak berani menyambut pukulan dari Phang Thian-hua, maka taruhan ini tentu saja dimenangkan oleh Phang Thian- hua."

sebenarnya para jagopun mempunyai pendapat yang sama hanya tak ada yang berani bicara, maka setelah mendengar seruan dari Li Bun-yang ini, serentak mereka pun ikut berseru:

"Betul, Dewa buas berbaju merah, iblis jahat berbaju hijau, serta setan gusar berbaju kuning tak sanggup menerima satu pukulan dari Phang Thian-hua, jelas sukma murung berbaju putih pun tak nanti bisa menerima serangan ini, tentu saja taruhan kali ini dimenangkan oleh Phang Thian-hua."

Waktu itu, sukma murung berbaju putih sudah tidak memikirkan tentang menang kalahnya lagi dalam taruhan, ia cuma menguatirkan keselamatan jiwa ketiga orang rekannya itu, maka kendatipun mendengar sorak sorai dari kawanan jago, namun ia tidak memikirkannya di dalam hati.

Pelan-pelan ketua Hian-hong-kau berjalan mendekati sukma murung berbaju putih, kemudian dengan suara dingin tegurnya: "Kau ingin menyelamatkan ketiga orang saudaramu?"

Pedang Keadilan ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang