BAB 2 Keluarga Persilatan dari Hong-san

3.5K 53 2
                                    

Dalam sekali pandang Yu siau-Iiong sudah mengenali orang ini sebagai salah satu pelajar yang ditemuinya di loteng Tia-chan-thay tadi .

Dengan sinar matanya yang tajam bagaikan pisau pemuda berbaju biru itu menyapu sekejap seluruh ruangan, kemudian tegurnya dingin:

"Siapa yang sedang tidur dalam peti mati?"

Yu siau-Iiong agak tertegun, tapi segera jawabnya:

"Kurang ajar benar bicaramu itu Kau anggap peti mati dipakai untuk tiduran?"
"Oooh... kalau begitu orang yang berada dalam peti mati itu adalah orang mati?"
"Tentu saja orang mati, kalau masih hidup buat apa berbaring dalam peti mati?"
"Kalau memang sudah mati, mengapa peti mati itu tidak ditutup?"

"Aku tak senang melihat kau mencampuri urusanku." teriak Yu siau-Iiong marah. "Lebih baik cepat-cepat pergi dari sini."

"Waaah.,, berangasan amat watak saudara kecil ini," kata si pemuda berbaju biru sambil tersenyum, Perlahan­lahan ia berjalan mendekati peti mati.

"Hey, mau apa kau?" teriak Yu siau-Iiong sambil mementangkan tangan kanannya menghalangi perjalanan orang itu.

" Kematian maupun perkawinan merupakan kejadian besar bagi tiap manusia, belum pernah ada yang menolak." kata pemuda itu tertawa, ia berkelit ke samping, lalu dengan Iincahnya sudah tergelak dan melanjutkan terjangannya ke muka.

Yu siau-Iiong bertambah geram, dengan gerakan cepat dia cengkeram bahu pemuda itu. seakan-akan kepalanya bermata, tanpa berpaling barang sekejap pun pemuda berbaju biru itu miringkan bahunya ke samping, lalu dalam sekali lompatan sudah melayang turun ke sisi peti mati.

Begitu cengkeramannya gagal dan melihat lawan sudah melayang turun di samping peti mati, Yu siau-liong amat terperanjat cepat-cepat dia melompat ke muka menerkam musuhnya.

Gerak gerik pemuda berbaju biru itu kelihatan sangat lamban, padahal cepatnya bukan kepalang, sekali menggeser Iangkah-nya, tahu-tahu is sudah menyingkir ke sisi lain dan melongok ke dalam peti mati itu.

"Waah, ternyata betul-betul sudah mati" serunya kemudian.

"Tentu saja sudah mati, buat apa aku membohongimu?"

Pemuda berbaju biru itu mengawasi Yu siau-liong sekejap. lalu ujarnya lagi:

" Kalau memang sudah mati, lebih baik tutup saja peti mati itu. Kalau tidak orang tentu akan curiga dan menyangka saudaramu itu masih hidup."

Biar sepintar apa pun usia Yu siau-liong masih amat muda, untuk berapa scat is tak dapat mengerti apa makna di balik ucapan pemuda berbaju biru itu, diam­diam pikir-nya: "Benar juga perkataan ini Jika peti mati itu tidak kututup, orang lain tentu akan menaruh curiga...."

Ketika angkat kepalanya kembali, ia jumpai pemuda berbaju biru itu sedang melangkah keluar dari ruangan sambil menggoyangkan kipasnya, ia seperti bergumam tampak juga seperti bersenandung, hanya tak kedengaran apa yang sedang diucapkan.

Memandang hingga bayangan orang itu lenyap dari pandangan Yu siau-Iiong tetap merasa kuatir, dia ke luar dan memeriksa sekejap tempat itu, setelah yakin pemuda itu pergi, ia baru balik ke samping peti dan bertanya:

"Toako, perlukah kututup peti mati ini?"

Perlahan-lahan Lim Han-Kim membuka matanya, jawabnya:

"Aku lupa berpesan kepadamu tadi, seharusnya kau tutup peti mati ini sejak tadi"

Kemudian setelah berhenti sebentar, Ianjutnya: "Ilmu silat yang dimiliki orang itu bagus sekali, mungkin saja ia satu komplotan dengan gadis pencuri obat mustika itu. Adik Liong, Kau mesti berhati-hati-."

Pedang Keadilan ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang