Sebenarnya Li Bun-yang sudah tahu kalau adik perempuannya itu banyak akal dan lagi sangat cantik, namun untuk sesaat dia belum tahu apa maksud dan kehendaknya, terpaksa dia cuma berdiri tanpa bergerak.
Tiba-tiba gadis cantik itu berjalan ke hadapan Lim Han- kim sambil bentaknya dingin: "Beranikah kau bertarung melawan aku?"
Dengan cepat Han Si-kong melesat kehadapan pemuda itu, bentaknya: "Luka yang dideritanya cukup parah, mana mungkin ia bisa bertarung melawanmu, Hmmm jika bertarung, biar aku saja yang melayani keinginanmu."
sementara itu Li Tiong-hui yang menyandarkan tubuhnya dalam pelukan kakaknya berlagak seakan-akan terluka parah, dengan ujung bajunya dia seka peluh yang membasahi jidatnya, tapi menggunakan kesempatan itu dengan ilmu menyampaikan suara bisiknya:
"Locianpwee jangan campuri urusan ini."
Terdengar perempuan cantik itu sedang berkata dengan suara dingin:
"Hmmm, percuma kau bertarung melawanku, sebab kau masih bukan tandinganku"
Mendengar bisikan itu diam-diam Han si-kong menghela napas, kendatipun dia tinggi hati namun apa yang dikatakan perempuan cantik itu memang suatu kenyataan, apalagi ia belum tahu rencana apa yang sedang disusun Li Tiong-hui, maka terpaksa dia mundur juga ke belakang.
Kembali perempuan cantik itu berkata sambil menuding Lim Han-kim:
"Kenapa kau tidak bersuara? Tidak berani bertarung melawanku?"
Lim Han-kim menengok sekejap luka beracun di atas telapak tangannya, tampak hawa hitam telah merembet naik ke atas pergelangan tangannya, tapi sebagai pemuda yang angkuh dan tinggi hati, dia segan menyerah dengan begitu saja, sahutnya sambil busungkan dada:
"siapa bilang aku tak berani?"
Perempuan cantik itu tertawa manis, ujarnya kemudian:
"Aku hendak mengandalkan kepandaianku yang sesungguhnya untuk mengalahkan kau, agar kau bisa takluk dengan perasaan puas, tapi kini kau sedang menderita luka keracunan, aku tak ingin manfaatkan kesempatan ini untuk mengunggulimu."
Berpaling ke arah sastrawan setengah umur itu, serunya kemudian: "serahkan obat pemunah kepadaku"
Baru saja sastrawan setengah umur itu hendak membujuk. kembali perempuan cantik itu menukas ketus:
"Apabila aku dapat menaklukkan keempat orang ini, maka hasilnya jauh melebihi keberhasilan kita menjaring ratusan orang jago persilatan, jadi kau tak usah banyak bicara lagi."
Melihat tekad perempuan itu sudah bulat, sastrawan setengah umur itu tak berani banyak bicara lagi, ia merogoh ke dalam sakunya untuk mengeluarkan sebuah botol porselen, menuang dua butir pil penawar dan disodorkan ke depan.
"Berapa lama ia baru pulih kembali kekuatannya?" tanya perempuan cantik itu kemudian sambil menerima obat penawar itu .
"sebutir ditelan dan sebutir lagi ditaburkan di sekitar mulut luka, dengan cepat daya kerja racun itu akan punah"
Gadis cantik itu segera mengalihkan sorot mataya ke wajah Lim Han-kim, serunya:
"Buka mulutmu"
Tangan kanannya diayunkan ke depan, sebutir obat pemunah meluncur ke arah mulut Lim Han-kim, sementara tangan kirinya meremas hancur sisa obat penawar yang lain kemudian ditaburkan ke atas mulut luka anak muda tersebut.
Walaupun racun itu sangat hebat namun obat penawarnya jauh lebih mujarab, tak selang berapa saat kemudian hawa hitam yang menyelimuti tangan Lim Han-kim telah punah sebagian besar, tinggal sekitar mulut lukanya saja masih tersisa sedikit merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pedang Keadilan I
RandomBagaimanakah jika tiga orang wanita yang bukan hanya sangat cantik tetapi memiliki kesaktian, kekuasaan, kecerdikan luar biasa mencintai seorang pria yang dalam banyak hal tidak melebihi dari para wanita yang mengejarnya? Lim Han Kim dan adik angkat...