"Sesungguhnya apa yang kuketahui terbatas sekali," kata Chin Hui hau cepat. "Sehingga meski ingin dibicarakanpun rasanya tak banyak yang bisa kuutarakan."
Lim Han kim segera memberi hormat, "Untuk melacak jejak adikku aku masih membutuhkan pertolongan serta bantuan saudara Chin, untuk itu sebelumnya kuucapkan banyak terima kasih."
"Aku pasti akan berusaha."
"Sekarang pemilik bunga bwee putih telah minta saudara Chin untuk menyiapkan meja perjamuan. Aku pikir mereka tak akan bertindak tak menguntungkan terhadap kalian. Baiklah, untuk sementara waktu kami mohon diri lebih dahulu."
Chin Hui hau menghela napas panjang, "Aaaai... apabila pelayananku selama ini kurang berkenan di hati, harap kalian berdua sudi memaafkan" seraya berkata ia memberi tanda untuk menghantar tetamunya, jelas dia memang tak berniat untuk menahan tamunya tadi.
"Kalau begitu kita berjumpa lagi tiga hari kemudian di tanah pekuburan Liat hu bong" seru Han si kong.
Sekilas rasa malu dan menyesal melintas di wajah Chin Hui hau, namun ia hanya menunduk saja tanpa bicara.
Ketika Han si kong dan Lim Han kim berjalan keluar dari perusahan sin bu piau-kiok, waktu telah menunjukkan kentongan pertama, sepanjang jalan Lim Han kim memikirkan terus masalah yang berkaitan dengan pemilik bunga bwee putih itu, namun ia merasa masalah tersebut amat rumit danpelik, walaupun ia sudah berusaha memeras otak untuk mengaitkan masalah yang satu dengan masalah lain, namun tak pernah berhasil menemukan titik terang.
Akhirnya sambil menghela napas katanya:
"Saudara Han sering bilang kejadian dalam dunia persilatan aneh sekali susah diduga, kelihatannya perubahan di balik kesemuanya ini benar benar memusingkan kepala."
"Sudah enam tujuh puluh tahunan aku si tua bangka ini hidup di dunia ini. separuh umurku kuhabiskan untuk berkelana dalam dunia persilatan, tapi kejadian semacam ini baru pertama kali ini kujumpai seorang yang belum pernah terdengar namanya dan terlihat wujudnya ternyata hanya mengandalkan sekuntum bunga bwee putih saja sudah berhasil mengundang seluruh jago lihai dari kolong langit untuk berkumpul di kota si ciu ini...."
"Yang lebih aneh lagi adalah mereka yang mendapat undangan tersebut ternyata tak seorang pun yang tahu bahwa orang yang mengundang kehadiran mereka di tempat ini adalah pemilik bunga bwee putih itu."
"Betul" seru Han Si kong sambil menepuk pahanya keras keras, "Tak heran setelah mencari berita sekian lama, ternyata aku tak berhasil mendapat tahu apa sebabnya kawanan jago dari dunia persilatan ini berdatangan ke kota Si Ciu."
"Kebanyakan dari orang-orang yang datang ke mari sebetulnya hanya datang secara membabi buta. Ada yang datang lantaran mendengar kabar, ada pula yang datang karena ingin tahunya, Kita tak usah memikirkan kawanan jago yang berdatangan ke kota Si ciu karena hanya mengikuti arus saja. Yang lebih aneh lagi adalah sekawanan tokoh persilatan kenamaan yang punya kedudukan terhormat dalam dunia kangouw ternyata bersedia pula hadir kemari serta mentaati semua perintah pemilik bunga bwee putih itu, Kejadian inilah yang membuat kita tak habis mengerti."
"Mungkin saja mereka mempunyai kesulitan yang tak bisa diutarakan dengan kata-kata," ucap Han Si kong.
"Justru di sinilah letak persoalan itu. Bagi orang-orang kenamaan yang berkedudukan terhormat, tak mungkin mereka rela datang ke kota Si ciu ini hanya lantaran seorang utusan datang mengundang mereka dengan membawa simbol bunga bwee putih...."
"Ehmmm, benar juga ucapan ini Si Dewa jinsom Phang Thian hua adalah seorang tokoh silat yang berkepandaian tinggi dan berkedudukan terhormat Selama puluhan tahun terakhir belum pernah meninggalkan perkampungannya barang selangkah pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pedang Keadilan I
De TodoBagaimanakah jika tiga orang wanita yang bukan hanya sangat cantik tetapi memiliki kesaktian, kekuasaan, kecerdikan luar biasa mencintai seorang pria yang dalam banyak hal tidak melebihi dari para wanita yang mengejarnya? Lim Han Kim dan adik angkat...