BAB 3 Sapu tangan penyelamat

3K 50 0
                                    

"Aneh benar kejadian ini." Diam-diam Yu siau liong berpikir sambil berkerut kening.

"Darimana mereka tahu kalau kami membawa obat mustika seribu tahun? Padahal kejadian ini amat dirahasiakan..."

sementara ia masih berpikir, gadis berbaju hijau itu sudah melanjutkan kata-katanya:

"Sebenarnya kami siap­siap hendak merampasnya di dermaga penyeberangan sungai Tiang kang. Tak nyana ternyata kalian malah menginap di pesanggrahan Tho Hoa kit ini..."

Berbicara sampai disini, tiba-tiba dengan suara Iebih keras dan nyaring serunya: "Sekarang aku telah menjelaskan kepada kalian. Nah, tinggal kamu berdua pilih sendiri jalan kehidupan atau jalan kematian yang hendak dipilih. Kalau ingin pergi darisini dalam keadaan selamat, Iebih balk serahkan pil jinsom seribu tahun itu kepadaku..."

"Waah... seram amat" ejek Yu siau-Iiong sambil tertawa, "sayang, aku tak pernah takut mati, jadi bagaimana kalau kupilih jalan kematian saja?"

" Kecil orangnya besar amat lagaknya, hmmm Tampaknya susah amat melayani manusia macam kau...."

"Terima kasih, terima kasih." kata Yu Siau-Iiong sambil angkat bahu, "Aku rasa umur nona tak Iebih tua beberapa tahun dariku, ditambah pula kau adalah kaum wanita, Tak nyana perempuan muda macam kau pun berani merampok orang... sayang sekali kau telah salah mencari sasaran."

"salah mencari sasaran?" tanya gadis berbaju hijau itu tertegun, "jadi perkataanmu tadi cuma bohongan...."

"Bukan, bukan begitu" Yu siau-Iiong menggeleng sambil tertawa, "Aku tak pernah berbohong, apa yang kalian katakan memang sudah betul semua dan tepat, Hanya saja... meskipun kami membawa sebotol pil mustika seribu tahun, yang menjadi persoalan sekarang adalah mampukah kau merampasnya dari tangan kami."

Gadis berbaju hijau itu mengernyitkan keningnya, sambil mencabut pedangnya is menjengek dingin: " Kalau begitu aku harus mencobanya dulu"

Baru saja ucapannya selesai diutarakan, tubuh beserta pedangnya sudah menerjang ke tubuh Yu siau-Iiong yang menghadang di depan pintu.

Memandang cahaya pedang yang menyambar dadanya, Yu siau-Iiong segera bentangkan senjatanya dengan jurus "Angin Puyuh Menyapu salju" untuk membendung serangan itu. Tiba-tiba gadis berbaju hijau itu menarik kembali senjatanya di tengah jalan, sambil mundur dua Iangkah, ujarnya: "Aku harus mengajukan pertanyaan dulu sebelum melanjutkan pertempuran denganmu "

" Kalau tak mampu mengalahkan aku, buat apa bertanya lagi. Huuuh Benar-benar manusia tak tahu malu"

Nona berbaju hijau itu sama sekali tak menggubris sindiran tersebut, kembali tanyanya lantang: "Benarkah pil mustika seribu tahun itu masih tersimpan dalam saku kakakmu yang berlagak mampus itu?"

"Apa gunanya cerewet terus, kalau tak mampu mengalahkan aku, Iebih balk cepat menggelinding pergi dari sini" bentak Yu siau-Iiong gusar.

"Baiklah." kata gadis berbaju hijau itu kemudian setelah memutar pedangnya membentuk sebilas cahaya bianglala, "Kalau kau enggan menjawab, akan kugeledah sendiri saku kakakmu" sebuah tusukan kilat kembali dilancarkan. "Traaaangg.." -

suara benturan nyaring bergema di tengah kegelapan, sepasang pedang itu saling beradu dengan kerasnya.

Gadis berbaju hijau itu segera merasakan lengan kanannya menjadi kaku dan kesemutan, badannya tergetar sampai mundur dua Iangkah.

Yu siau-Iiong sendiri pun merasakan badannya bergetar keras, untung ia masih sanggup berdiri tegak di depan pintu.

Dengan penuh amarah gadis berbaju hijau itu melotot ke arah Iawannya, namun kali ini dia tidak melancarkan serangan lagi.

Pedang Keadilan ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang