Kontan saja Han Si Kong merasa pipinya jadi panas lantaran jengah, dia tak mampu mengucapkan sepatah kata pun, si nona berbaju putih yang melihat kejadian itu buru- buru menukas:
"Tidak sopan sewaktu bicara dengan kaum tua, bersikap acuh terhadap orang lain, semuanya merupakan tindakan yang keliru, apa perlunya kalian minta ditunjukkan kesalahanmu berdua, ayo cepat mundur dari sini"
Dua orang dayang itu mengiakan dan segera mengundurkan diri ke belakang gadis berbaju putih itu.
Lim Han kim kuatir Han Si Kong kehilangan muka lantaran kejadian ini, buru-buru dia mengalihkan bahan pembicaraan ke masalah lain, ujarnya:
"Nona, kita harus berusaha melepaskan diri dari sini, Kalau tidak. masakita harus menunggu dibakar oleh mereka di tempat ini?"
"Tak mungkin kita bisa keluar dari sini," ujar gadis berbaju putih itu setelah termenung sejenak.
"Apabila kita paksakan diri untuk menyerbu keluar dengan kekerasan, maka korban yang berjatuhan tentu banyak dan sangat parah."
"Aku sudah hidup cukup tua, biar harus mati pun tak perlu disayangkan" kata Han Si Kong bersemangat "Tapi kalian semua masih muda belia, terlalu sayang kalau harus mengorbankan jiwa di sini, Dari pada duduk menunggu ajal kurasa lebih baik kita serbu keluar dari barisan ini dan beradu jiwa dengan mereka, paling tidak kita harus mencari balik modal disertai bunganya."
"Kita tak boleh bertindak gegabah, sekalipun tidak berusaha keluar dari barisan ini, kita juga tak akan duduk-duduk sambil menunggu datangnya ajal."
"Kalau kedua duanya tidak dicoba lalu apa yang harus kita lakukan? Aku benar-benar tidak mengerti?"
"Kita berusaha meloloskan diri dengan selamat dari sini."
Han Si Kong mencoba memperhatikan sekeliling tempat itu, kemudian sambil gelengkan kepalanya berulang kali ujarnya: "Kecuali kita punya sayap dan bisa terbang ke langit"
Gadis berbaju putih itu tertawa, "Locianpwee hanya bisa teringat terbang ke langit, kenapa lupa kalau di bawah pun masih ada tanah?"
"Maksud nona kita menggali lorong bawah tanah untuk meloloskan diri dari sini? Menurut pendapatku, cara semacam ini tak mungkin bisa kita lakukan dengan selamat..."
"Kalau kita harus menggali lobang bawah tanah yang tembus hingga di luar tumpukan kayu bakar itu, tentu saja hal ini susah sekali."
Han Si Kong tertegun, dengan perasaan tak habis mengerti katanya: "Kecerdasan nona jauh melebihi orang biasa, sekarang situasi amat gawat aku harap nona sudi menerangkan secara gamblang Kalau aku disuruh main tebak... waaah... makin lama aku bisa semakin pikun-"
"Sebenarnya kalau sudah diterangkan sederhana sekali, dan bila kita mau berpikir sebentar, siapa pun dapat memikirkan cara itu, Ketika memilih tempat ini sebagai tempat barisanku aku sudah memperhitungkan apabila mereka menyerang kita dengan api.
oleh sebab itulah dalam barisan ini aku sengaja mencari tempat yang ada gundukan tanahnya yang agak tinggi, Kita tak perlu membuang tenaga untuk menggali liang, lekukan tanah gundukan tersebut sudah cukup bagi kita beberapa orang untuk menyembunyikan diri, kemudian di luar ling ka ran tempat persembunyian itu kita sulut api untuk membakar rerumputan itu lebih dulu.
Kobaran api pasti akan menyebar ke tempat yang lebih lebar. Nah, dengan cara begini kemungkinan besar kita dapat selamatkan juga barisan ini."
"Urusan ini tak bisa ditunda-tunda lagi, mari kita segera turun tangan- seru Han si Kong.
"Tidak perlu tergesa-gesa, apabila mereka berniat membakar kita sampai mati maka hal ini sudah dilakukan sedari tadi, kenapa mesti menunggu sampai sekarang?" Di saat itu langit sudah mulai menjadi gelap. taburan bintang mulai menghiasi seluruh angkasa, Lim Han kim, Han Si Kong, siok bwee serta Hiang lan bekerja keras membuat sebuah liang besar di bawah gundukan bukit kecil itu yang cukup untuk memuat mereka berlima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pedang Keadilan I
RandomBagaimanakah jika tiga orang wanita yang bukan hanya sangat cantik tetapi memiliki kesaktian, kekuasaan, kecerdikan luar biasa mencintai seorang pria yang dalam banyak hal tidak melebihi dari para wanita yang mengejarnya? Lim Han Kim dan adik angkat...