BAB 25 Masuk Perangkap

1.1K 38 0
                                    

"Di balik kegelapan empat penjuru sekeliling ruang tamu itu dipenuhi musuh-musuh tangguh, Posisi musuh waktu itu berada di tempat kegelapan, sedang kita berada di tempat terang, Posisi semacam itu sangat tidak menguntungkan buat kita, pertarungan macam begini paling pantang kujamah, tentu saja aku harus menyingkir."

"Padahal kita harus melewati sebuah lorong bawah tanah," sela Li Tiong-hui cepat. "Engkoh Yang, semestinya kau paham...."

Mendadak Li Bun-yang mendepakkan kakinya berulang kali ke atas tanah, serunya:

"Betul juga, bila mereka menurunkan terali besi pada kedua ujung lorong rahasia tersebut, niscaya kita akan terkurung di situ."

"sayang sekali kita terlambat untuk menyadari hal itu."

Li Bun-yang mencoba mendongakkan kepalanya memperhatikan sekeliling tempat itu, ketika melihat beberapa titik cahaya menembus masuk melalui dua liang kecil di atas dinding lorong itu, hatinya makin terkejut.

Terdengar Li Tiong-hui berkata lebih jauh: "sewaktu datang tadi kita tidak memperhatikan kalau ruang tamu itu berhubungan langsung dengan lorong tersebut...."

sementara pembicaraan masih berlangsung, mendadak suasana jadi gelap. ternyata beberapa lubang cahaya tersebut telah disumbat orang, Menyusul kemudian terdengar seseorang menegur dengan suara dingin dan kaku:

"Kalian sudah terjebak dalam perangkap maut, Di atas dinding ini sudah siap jala baja, sedang dinding di sekeliling tempat itu sangat kokoh dan kuat. Kalian harus bersedia masuk menjadi anggota perkumpulan kami, kalau tidak hanya jalan kematian yang tersedia."

Han si-kong mendongkol sekali, teriaknya penuh amarah:

"chee Tay-tong, kau manusia busuk lupa teman anak anjing biadab, moralmu lebih bejad daripada anjing geladak asal aku orang she- Han dapat lolos dari tempat ini, aku bersumpah akan meratakan benteng Tay-peng ini dengan tanah"

sebagaimana diketahui, ia pernah dipenjarakan pihak Hian-hong-kau dalam penjara bawah tanah selama berapa tahun, siksaan itu nyaris membuatnya gila. Belum lama lolos dari siksaan kini harus mengalami kembali nasib yang sama.

Dalam anggapannya hidup dalam penjara jauh lebih mengenaskan dari pada jiwanya dicabut, tak heran kalau perasaannya jadi amat panik dan gelisah.

"Locianpwee, kau tak perlu panik, " hibur Li Bun-yang pelan, "Dengan tenaga gabungan kita beberapa orang, meski untuk sementara terkurung di sini, aku yakin mereka pun tak mampu berbuat apa-apa terhadap kita. Apalagi adikku terkenal sebagai Khong Beng perempuan, asal ada dia di sini, kita tentu bakal lolos dari kurungan-"

" Engkoh Yang, kau jangan kelewat menyanjung kemampuanku" seru Li Tiong-hui cepat-cepat.

"Melihat situasi saat ini, klta hanya bisa berusaha sementara nasib tetap ada di tangan Thian, Apabila Thian tidak membantu maka aku tak berdaya apa-apa."

Habis berkata ia segera pejamkan mata dan mulai putar otak mencari akal.

Han si-kong paling takut kalau sampai terkurung lagi di tempat semacam ini, mendengar ucapan tadi katanya buru-buru:

"Yaa benar, aku pun pernah mendengar orang bilang, kecerdasan nona Li tiada taranya di kolong langit saat ini. Mulai sekarang kita wajib mendengar dan mentaati semua perintah nona Li. Asal ada perintah, aku pasti akan melaksanakannya tanpa membantah."

Li Tiong-hui sama sekali tidak menjawab, matanya dipejamkan rapat-rapat, ia seakan-akan tidak mendengarkan sama sekali ucapan Han si-kong tadi.

Li Bun-yang buru-buru berbisik:

"Apabila menghadapi masalah yang pelik biasanya adikku akan memejamkan mata sambil berputar otak. dan di kala semua pikirannya sudah terpusat, maka hal apa pun tak akan digubris olehnya, Harap locianpwee jangan tersinggung dengan sikapnya itu."

Pedang Keadilan ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang