BAB 11 Menaklukkan si Monyet Tua

2K 43 2
                                    

"Cepat kau cabut jarum emas dari lengan kananku" seru Han si-kong tak sabar .

Lim Han-kim tersenyum, pikirnya lagi:

"sifat orang ini benar-benar tak sabaran, Bukannya bertanya dulu bagaimana caraku meloloskan diri dan berada di mana sekarang, ternyata is malah minta aku mencabutkan jarum emas nya dulu."

sambil berpikir dia turuti perminta an orang dan mencabut keluar jarum emas dari sepasang lengan dan kakinya, Begitu jarum-jarum emas itu membebaskan jalan darahnya yang tersUmbat, Han si- kong segera melompat keluar dari peti mati dan menghembuskan napas panjang.

"Tempat manakah ini?" tanya nya.

Lim Han-kim hanya menggeleng sebagai tanda jawaban.

Tampaknya Han si-kong sudah tahu kalau pemuda ini tak begitu suka bicara, hal mana tidak terlalu dipikirkan lagi, sambil berpaling ke arah peti mati yang ada di tengah, kembali ia bertanya:

"Siapa yang berada dipeti mati itu?"

"seorang nona"

Han Si-kong berpaling memandang Lim Han-kim beberapa saat. Tiba-tiba ia maju dengan langkah lebar, membuka peti mati itu dan melepaskan kain hitam penutup mata nya, memb uang kain penyumbat mulutnya dan mencabut lepas jarum emas dari sepasang lengan dan kakinya.

semua gerakan itu dilakukan secara beruntun dalam waktu singkat, selama inipula dia tak pernah memandang wajah nona itu sekejappun.

Diam-diam Lim Han-kim merasa sangat kagum, pujinya didalam hati:

" Kebesaran jiwa orang ini benar­benar mengagumkan aku kalah jauh dibandingkan dia."

Terdengar ujung baju berh embus memotong udara, gadis itupun sudah melompat keluar dari peti mati.

sekarang Lim Han-kim dapat menyaksikan wajah nya dengan lebih jelas, ternyata dia tak lain adalah gadis yang mencuri pil mustika miliknya tempo hari.

Pada saat itu Han si-kong telah selesai memperhatikan situasi di sekeliling tempat itu, katanya kemudian pelahan:

"Mereka bisa mengirim kita bertiga sampai di sini dengan susah payah, aku percaya penjagaan di tempat inipasti lebih ketat dan kuat."

"Tapi mungkin jugs mereka anggap kita tak mampu bergerak lantaran jalan darah kita tertancap jarum emas sehingga mereka mengendorkan penjagaan dengan membiarkan pintu dan jendela tetap terbuka," sambung nona berbaju hijau itu.

Dengan cepat Han si-kong menggeleng,

"Menurut penilaian dan pandangan berdasarkan pengalamanku selama puluhan tahUn berkelana dalam dunia persilatan, penjagaan yang tampaknya makin kendor justru merupakan penjagaan makin ketat dan berbahaya, kita tak boleh bertindak gegabah."

Tiba-tiba gadis berbaju hijau itu menghela napas panjang, katanya:

"Sekarang tangan kita malih diborgol, tubuh kita juga masih dirantai. Dalam keadaan seperti ini mana mungkin kita bisa bertarung melawan orang lain dan meloloskan diri dari ruangan ini?"

"Yaaa... aku juga tak tahu borgol ini terbuat dari bahan apa sehingga begitu kuat dan susah dipatahkan. Padahal dulu aku pernah diborgol juga dengan besi nomor wahid, ditambah lenganku diikat dengan otot kerbau, tapi dalam sekali gertakan saja benda-benda tersebut berhasil kupatahkan sama sekali."

"Borgol yang kita kenakan terbuat dari besi baja yang dicampuri emas. itulah sebabnya sangat alot dan kuat," sela Lim Han-kim menerangkan.

Tiba-tiba is berjalan menghampiri gadis berbaju hijau itu, dengan menghimpun tenaga dalamnya is betot borgol di tangan gadis itu kuat- kuat.

Pedang Keadilan ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang