BAB 45 Dewa Jinsom Membacok Kotak Pusaka

1.1K 35 0
                                    

"Nona, jangan kau minum Arak itu beracun..." terdengar seseorang berteriak dengan suara keras.

Paras muka gadis itu berubah hebat, sambil memegangi perutnya dia menjerit lengking: "Aduh celaka, arak itu benar-benar beracun Aduh sakit benar perutku... Ach..sakit..."

Kakek berbaju kuning itu tak sanggup menahan diri lagi, ia melompat ke hadapannya lalu menegur: "Nona, rupanya kau memang sengaja datang untuk mengacau?"

Dua ekor burung aneh berwarna abu-abu itu mendadak terbang ke udara sambil memperdengarkan suara pekikan nyaring,

sepasang tangan si nona yang memegangi perutnya itu segera diturunkan, dengan tubuh yang sempoyongan ia tinju perut kakek berbaju kuning itu.

sambil tertawa dingin kakek itu berkelit dua depa ke samping untuk menghindari tubrukan gadis tersebut, tangan kirinya segera diayunkan ke depan, bagaikan babatan sebilah golok dia bacok tubuh nona itu.

Dengan gerakan yang amat genit gadis itu mundur ke belakang, seakan-akan tubuhnya tak sanggup untuk berdiri tegak. Dengan amat lincahnya ia sudah lolos dari serangan kakek berbaju kuning itu.

Li Bun yang maupun Hongpo Lan yang mengikuti jalannya pertarungan itu dapat melihat jelas bahwa nona itu memiliki ilmu silat yang amat tangguh, Gerakan untuk menghindari sergapan kakek tersebut barusan menunjukkan bahwa ilmu yang digunakan adalah ilmu gerakan tubuh tingkat tinggi.

Perlu diketahui selisih jarak antara si kakek dengan gadis tersebut hanya terpaut beberapa depa, ini berarti serangan kakek tersebut dapat mengancam semua jalan darah penting di tubuh lawannya.

Tapi dalam kenyataan gadis itu tidak mencoba menangkis dengan sepasang tangannya dan nyatanya dapat meloloskan diri dengan selamat Apabila ia tidak memiliki gerakan tubuh yang luar biasa, sulit rasanya untuk bisa lolos dengan selamat.

Dari kemampuan si nona untuk menghindarkan diri, kakek berbaju kuning itu sudah sadar kalau ia telah bertemu musuh tangguh, sambil tertawa dingin katanya kemudian-"Bagus sekali, nona benar-Denar seorang pandai yang tidak menonjol, aku ingin minta berapa petunjukmu"

Gadis itu meluruskan badannya, lalu katanya: "Pemilik bunga bwee telah datang"

Kakek berbaju kuning itu berpaling, tampak empat manusia aneh berbaju serba hitam dan berkerudung kain hitam telah muncul di situ dengan langkah pelan- Tanpa menggubris gadis itu lagi buru-buru ia maju untuk menyambut.

Di belakang keempat manusia berbaju hitam itu mengikuti seorang kakek pendek bertubuh ceking yang memakai baju warna hijau, jenggot putihnya panjang sedada, mukanya dingin dan kaku. Tampak kakek berbaju kuning itu membungkukkan badan memberi hormat sambil serunya: "Menyambut kedatangan majikan"

"Tak usah banyak adat" seru kakek berbaju hijau itu sambil mengulapkan tangannya Dengan langkah lebar ia berjalan menuju ke meja perjamuan yang terletak di bagian tengah.

Pemilik bunga bwee yang menggemparkan seluruh kolong langit ternyata hanya seorang kakek ceking yang amat bersahaja, Kenyataan ini sama sekali di luar dugaan para jago. Meskiperhatian semua orang tertuju ke arahnya, namun perasaan yang semula tak tenang kini jauh lebih tenang dan tenteram.

Dengan suara lirih Hongpo Lan berbisik: "saudara Li, jadi inikah pemilik bunga bwee yang menyebar undangan mengundang seluruh jago dari kolong langit untuk berkumpul di sini? Benar-benar tidak serasi dengan nama besarnya"

Dengan wajah agak bimbang Li Bun yang berkata: "Dalam situasi dan keadaan seperti ini, semestinya pemilik bunga bwee tak akan bermain gila lagi dengan kita semua, Tapi kalau dibilang kakek berbaju hijau itulah pemilik bunga bwee, rasanya aku sukar untuk percaya."

Pedang Keadilan ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang