BAB 43 Empat Manusia Buas

1.5K 36 0
                                    

Hongpo Lan kuatir Li Bun yang panas hatinya oleh ejekan gadis itu sehingga meneguk teh yang tersedia, buru-buru ia me-nyela: "Nona Giok yan, kau memang luar biasa, menghasut, mengadu domba, memanasi hati orang... rupanya memang menjadi keahlianmu."

Pelan-pelan Li Bun yang mengangkat cawan air teh itu, lalu sambil menatap wajah Giok yan lekat-lekat, katanya: "Aku hanya ingin mengajukan satu pertanyaan kepada nona, adakah racun dalam air teh ini?"

Giok yan merasakan sinar mata pemuda itu lebih tajam daripada sebilah pisau belati yang secara langsung menghunjam ke dalam ulu hatinya, ia merasa amat terperanjat sambil berpaling ke arah lain sahutnya: "Jika kau takut ada racunnya, lebih baik tak usah diminum"

Tiba-tiba Li Bun yang mengangkat cawan itu dan meneguk habis isinya dalam sekali tegukan-

Tindakannya itu dilakukan cepat sekali, sebenarnya Hongpo Lan ingin mencegah namun sudah terlambat, akhirnya sambil menghela napas ujarnya: "saudara Li, kendatipun air teh ini tidak beracun, kau tidak perlu menyabung nyawa...."

Sambil meletakkan kembali cawan kosong itu ke meja Li Bun yang tertawa dan menyahut: "Bila air teh itu beracun, kendatipun aku bakal mati keracunan tapi setiap jago yang hadir dalam pertemuan ini pasti akan meningkatkan kewaspadaannya...."

Tiba-tiba ia berpaling memandang Giok- yan, kemudian tambahnya seraya tertawa: "Bagaimana menurut pendapat nona atas ucapanku ini?"

"Mau berkorban demi orang lain, tentu saja perbuatanmu itu terhitung perbuatan orang gagah" jawab Giok yan sambil tertawa hambar.

"Kalau begitu nona merasa sangat setuju dengan tindakanku barusan?"

Berubah paras muka Giok yan, ia tak berani menjawab lagi dan segera mengundurkan diri ke sisi meja.

Dengan ilmu menyampaikan suara Li Bun yang segera berbisik kepada Hongpo Lan: "saudara Hongpo, tampaknya nona Giok yan adalah pemimpin dari kawanan gadis penerima tamu, Meskipun dia pintar, tapi agaknya masih kurang berpengalaman dalam dunia persilatan Asal kita memancingnya dengan beberapa kata, tidak sulit untuk memancingnya untuk membocorkan sedikit rahasia."

"Terima kasih atas petunjukmu...."

Kemudian setelah berhenti sejenak, tambahnya: "Apakah saudara Li bisa merasakan adakah racun dalam air teh itu?"

"sifat racunnya tidak terlalu keras," sahut Li Bun yang sambil tertawa.

Jawaban ini sengaja diutarakan agak keras, membuat semua jago yang berada di sekeliling tempat itu dapat mendengarnya secara jelas.

"Apa?" teriak Lo Tay piau keras-keras.

"Li kongcu telah meneguk air teh beracun?"

"Tidak apa-apa," kata Li Bun yang sambil melirik Giok yan sekejap. "Menurut nona ini air teh tersebut tidak beracun"

sebenarnya Giok yan hendak membantah, tapi ketika dilihatnya puluhan pasang mata para jago tertuju ke arahnya, ia takut begitu salah bicara maka kegaduhan segera akan terjadi. padahal saat ini waktunya belum sampai, para jagopun masih berduyun-duyun datang menghadiri pertemuan ini. Andaikata kegaduhan terjadi pada saat ini, majikannya pasti akan menegur dan menyalahkan dia. oleh sebab itulah ia berusaha menahan diri dan membungkam dalam seribu bahasa.

Mendadak terlihat para jago mengalihkan pandangan matanya ke arah jalan masuk, tanpa terasa Hongpo Lan ikut berpaling pula ke arah tersebut Tampak empat orang pendeta berjubah abu-abu pelan-pelan berjalan masuk ke arena perjamuan.

Usia ke empat orang pendeta itu kira-kira limapuluh tahunan, pada kepalanya yang gundul tertera enam buah codet pantangan. Dengan suara lirih Li Bun yang bertanya: "saudara Hongpo, kau kenal dengan keempat orang pendeta itu?"

Pedang Keadilan ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang